KOMPAS.com - Perjalanan ke luar angkasa diketahui memang membawa dampak pada tubuh astronot. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah tinggi badan para astronot yang bertambah.
Namun, selama ini juga ada dugaan bahwa DNA para astronot berubah setelah melakukan perjalanan antariksa tersebut. Kini, para peneliti telah memastikannya.
Hal ini dikonfirmasi setelah astronot badan antariksa Amerika Serikat (NASA) bernama Scott Kelly kembali ke bumi setelah tinggal selama satu tahun di stasiun luar angkasa internasional (ISS). Tujuh persen dari gen Scott tidak kembali normal ketika mendarat di bumi.
Scott Kelly sendiri menjadi subyek penelitian karena punya saudara kembar yang juga menjadi astronot di NASA bernama Mark Kely. Karena kondisi keduanya ini, mereka menjadi subyek penelitian paling tepat untuk memastikan perubahan gen dan DNA setelah perjalanan luar angkasa.
Baca juga: Teleskop Hubble Milik NASA Abadikan Tabrakan Dua Galaksi
Temuan ini didapatkan oleh para peneliti setelah Scott tinggal di ISS dari Maret 2015 hingga Maret 2016. Selama waktu tersebut, Mark tinggal di bumi.
Waktu Scott tinggal di ISS ini termasuk panjang, mengingat saat ini para astronot hanya menghabiskan 6 bulan sebagai waktu standar.
Ini pula yang mendorong para peneliti mempelajari apa yang terjadi pada tubuh Scott. Mereka mengamati Scott secara psikologis dan fisiologis dan membandingkannya dengan keadaan Mark.
Para peneliti juga melihat berbagai protein dan mengevaluasi kognisi saudara kembar tersebut. Mereka menghubungkan perjalanan ruang angkasa dengan tekanan kekurangan oksigen, peningkatan peradangan, dan pergeseran nutrisi.
Semua hal itu mempengaruhi ekspresi gen pada tubuh seseorang. Dengan kata lain, gen dan DNA astronot akan berubah saat pergi ke luar angkasa.
Dirangkum dari Newsweek, Jumat (09/03/2018), biasanya, beberapa perubahan ini akan kembali normal beberapa jam setelah astronot mendarat ke bumi.
Sayangnya, itu tidak terjadi pada Scott. Bahkan, setelah 6 bulan pendaratannya, DNA Scott masih terpengaruh.
Pada 2017 lalu, para peneliti menemukan bahwa kepingan kromosom (tepatnya telomer atau bagian ujung DNA) Scott Kelly menjadi lebih panjang selama di luar angkasa. Pengujian lebih lanjut mengkonfirmasi perubahan ini dan mengungkapkan bahwa sebagian besar telah memendek hanya dalam waktu dua hari setelah ia mendarat.
Baca juga: Ilmuwan Inggris Klaim Temukan Jejak Fosil Alien di Mars, Ini Kata NASA
Setelah mendarat, 93 persen gen Scott kembali normal, kata peneliti. Tapi, perubahan 7 persen tersebut bisa mengindikasikan perubahan gen jangka panjang yang terkait sistem kekebalan tubuh, perbaikan DNA, jaringan pembentukan tulang, kekurangan oksigen, hingga peningkatan karbon dioksida.
Penelitian tentang saudara kembar ini nantinya akan digabung menjadi laporan ringkas. Laporan tersebut rencananya akan dirilis pada akhir tahun ini oleh NASA.
Penelitian ini diharapkan bisa menginformasikan pemahaman tentang tubuh manusia di luar angkasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.