Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Manusia, Tupai Ini Satu-satunya Mamalia Penyuka Cabai

Kompas.com - 19/07/2018, 12:09 WIB
Monika Novena,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebagian besar mamalia sepertinya akan lebih memilih untuk menghindari makan makanan pedas. Capsaicin, zat kimia yang membuat cabai pedas memang bukanlah racun. Namun, mengonsumsinya tentu akan menyebabkan rasa pedas yang tidak semua mamalia bisa mengatasinya.

Akan tetapi, rupanya beda cerita dengan chinese tree shrew atau tupai indochina ini. Spesies ini diketahui sebagai satu-satunya mamalia selain manusia yang mampu memakan cabai.

Peneliti di China menemukan mutasi genetik yang menyebabkan reseptor pada tupai tidak sensitif terhadap capsaicin atau tidak terlalu merasa kepedasaan saat makan cabai.

Pengamatan Lapangan

Yalan Han, peneliti dari University of Chinese Academy of Science memang telah mengetahui jika tupai indochina merupakan keluarga primata dan suka makan tanaman pedas di habitat mereka di hutan hujan tropus China Tenggara.

Baca juga: Lewat Hibernasi Tupai, Ahli Belajar Awetkan Organ Donor Lebih Lama

Tapi mengapa mereka bisa mengatasi rasa pedas itu?

Untuk menjawab rasa penasaran, peneliti menangkap 5 tupai liar dan 6 tikus liar, serta mengambil sampel dari Piper boehmeriaefolium, tanaman lokal yang kaya akan kandungan capsaicinoid.

Capsaicin kemudian disintesis dan disuntikan pada kedua grup hewan tersebut. Tim peneliti mengukur repsons rasa sakit hewan dengan mengamati berapa kali mereka menjilat bekas suntikan tersebut.

Tidak mengejutkan, tikus menjilati bekas suntikan lebih banyak dibandingkan dengan tupai.  Analisis otak juga menemukan bahwa tupai tidak makerasakan pedas yang intens setelah makan makanan pedas

Ini, menurut peneliti, merupakan bentuk adaptasi genetik tupai.

Adaptasi itu memblokir reseptor di lidah dan di tempat lain dengan cara menghasilkan asam amino yang berbeda dan membuat capsaicin sulit mengikat reseptor. Atau dengan kata lain, makanan pedas tidak akan terasa pedas bagi tupai ini.

Baca juga: Napas Naga, Cabai Terpedas di Dunia, Sensasinya Bisa Membunuh Kita

Bagaimana Tupai Beradaptasi

Penelitian yang diterbitkan Minggu, 15 Juli di jurnal PLOS Biology ini menjelasakan mutasi genetik pada tupai terjadi sebagai bentuk pertahanan diri tupai.

"Kami berhipotesis mutasi yang memungkinkan tupai menolerir capsaicinoid ini untuk memperluas ragam makanannya demi kelangsungan hidup yang lebih baik," kata Han. 

Sementara itu, Nathaniel Dominiy, profesor di Dartmouth College yang juga mempelajari tupai indochina namun tidak terlibat penelitian, memberikan pandangan lain.

Ia menyebut jika yang terjadi antara tupai dan tanaman Piper boehmeriaefolium merupakan bentuk koevolusi, di mana terjadi proses evolusi dua atau lebih spesies yang mempengaruhi proses evolusi makhluk hidup lainnya.

Ada kemungkinan tupai indochina berevolusi memakan cabai karena mereka bergizi, sementara tanaman mendapatkan manfaat untuk mendistribusikan benih mereka.

"Ini merupakan hal yang menarik dari tupai indochina. Mereka dikenal sebagai fosil hidup karena tidak banyak berevolusi selama jutaan tahun. Bentuk evolusi mereka mungkin untuk membangun hubungan dengan tumbuhan," kata Dominiy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau