KOMPAS.com - Bagi sebagian orang Indonesia, sambal dan cabai merupakan menu pelengkap di meja makan. Selain sebagai makanan pelengkap, cabai dan rasa pedasnya telah lama dianggap memiliki banyak manfaat kesehatan.
Kini, para ilmuwan dari University of Wyoming School of Pharmacy menemukan manfaat lain dari cabai, yaitu obat untuk memerangi obesitas.
Capsaicin
Para ilmuwan tersebut membuat obat anti-obesitas yang disebut Metabocin dari komponen dalam cabai, yaitu capsaicin.
Obat tersebut kemudian akan dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Society for the Study of Ingestive Behavior's pada 20 Juli 2018 mendatang di Florida.
Sebagai informasi, capsaicin merupakan senyawa yang bertanggung jawab membuat rasa pedas pada cabai. Senyawa ini telah dikenal punya segudang manfaat kesehatan.
Sayangnya, rasa pedas yang dihasilkan tersebut sering mengganggu lambung atau rasa tidak nyaman di lidah.
"Untuk mengurangi efek ini, kami telah menyiapkan formulasi berlapis polimer untuk capsaicin. Cara ini membuat capsaicin dilepaskan dengan cara yang jauh lebih lambat," ungkap Baskaran Thyagarajan, pemimpin penelitian ini dikutip dari Newsweek, Selasa (17/07/2018).
"Orang yang mengonsumsinya tidak akan merasakan rasa tebakar di lidah (pedas) tapi tetap menikmati efek capsaicin untuk waktu yang lebih lama," imbuh profesor farmasi dan neurosains di Univerity Wyoming itu.
Baca juga: Cabai Terpedas di Dunia Bikin Kepala Pria Ini Seperti Disambar Petir
Cara Kerjanya...
Dalam penelitian tersebut, metabocin merupakan obat oral. Cara kerjanya adalah dengan membuat sel-sel lemak putih berhenti menyimpan energi dan justru membakar lemak.
Hal ini membuat lemak-lemak putih itu menjadi lemak cokelat, yang lebih aktif secara metabolik dan membantu kita membakar kalori.
Penelitian ini dilakukan pada tikus. Thyagarajan membagi dua kelompok tikus.
Kelompok pertama diberi metabocin dan tidak memberikan obat itu pada kelompok kontrol.
"Kedua kelompok makan makanan dalam jumlah yang sama dan menerima energi yang sama, tetapi kelompok yang diberi capsaicin kehilangan berat badan," kata Thyagarajan.
"Kami benar-benar terkejut," tambahnya.
Selanjutnya, para ilmuwan mengamati tikus-tikus tersebut selama delapan bulan. Mereka tidak menemukan tanda-tanda toksisitas sebagai akibar dari obat tersebut.
Mendapat hasil positif, mereka berencana menguji obat itu dalam jangka waktu lebih lama.
"Capsaicin tidak hanya mencegah obesitas atai menurunkan berat badan. Itu juga sangat efektif dalam meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus," ujar Thyagarajan.
Artinya, obat ini bisa membantu penderita diabetes yang berjuang dengan sensitivitas insulin rendah.
Tidak Sama dengan Cabai
Meski temuan ini menghasilkan hal yang positif, itu bukan berarti bahwa makan cabai bisa membantu seseorang menurunkan berat badan.
Apalagi, menurut Thyagarajan, perlu dihitung jumlah capsaicin yang tepat untuk menurunkan berat badan. Hal ini tidak bisa didapatkan dengan sekadar memakan cabai.
"Mengonsumsi cabai pasti akan memiliki manfaat, tetapi Anda tidak akan bisa mendapatkan manfaat penuh capsaicin," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.