Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Gula, Dulu Obat Kini Ancam Kesehatan

Kompas.com - 12/07/2018, 20:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Siapa yang tak suka manis? Sebagian orang di segala usia menyukai rasa manis dari gula.

Bahkan, gula telah menjadi bagian umum dari kehidupan manusia. Selama beratus tahun, gula lebih dari sekedar pemanis. Benda ini menjadi obat, simbol kerajaan, kecanduan, hingga penindasan.

Kini, gula juga telah menjadi kebutuhan pokok bagi manusia.

Berbicara tentang penemuan gula, maka kita harus berbicara tentang tebu. Itu karena tebu merupakan bahan dasar pembuatan gula.

Dilansir dari The Conversation, menurut data terbaru, tebu bahkan telah menjadi tanaman ketiga paling berharga di dunia setelah seral dan padi.

Sebelum Tebu

Namun, tahukah Anda, sebelum tebu ditemukan orang membuat rasa manis dari madu. Penggunaan madu ini dikarenakan mudah ditemui.

Setiap wilayah di Eropa, Afrika, dan Asia yang tidak tertutup es memiliki lebah. Artinya, madu mudah ditemui di mana saja pada masa itu.

Bagi orang Amerika, pada masa itu, pemanis dibuat dari tumbukan nektar kaktus, buah tumbuk, atau sirup dari pohon.

Tebu Ditemukan

Selanjutnya, orang mulai mengenal tebu dan membuatnya jadi gula.

Masih belum jelas kapan dan di mana pertama kali tanaman ini dibudidayakan. Tapi sebuah literatur menyebut tebu sudah ada sejak tahun 8000 sebelum masehi (SM) di Papua Niugini.

Baca juga: Bukti Baru, Gula Efektif Sembuhkan Luka

Awalnya, orang mengunyah begitu saja tanaman berbuluh tersebut untuk menyesap manisnya.

2.000 tahun kemudian, tebu dibawa ke Filipina dan India menggunakan kapal. Sedangkan gula pertama dibuat di India.

Gula Pertama

Beberapa ratus kemudian, sekitar tahun 400-350 SM, resep makanan menggunakan gula terlihat dalam teks Mahabhashya dari Patanjali.

Orang-orang India saat itu membuat puding beras, manisan, dan minuman fermentasi jahe menggunakan gula.

Tahun 100, deskripsi pertama dari pabrik gula ditemukan dalam teks India.

Sebagai Obat

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau