Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2018, 12:31 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber BBC


KOMPAS.com - Musa Murandu menghabiskan masa kecilnya di desa miskin yang terletak di timur Zimbabwe.

Setiap kali terluka, Murandu terbiasa meggosokkan garam pada lukanya hingga sembuh.

Kebiasaan ini berubah saat ayahnya memiliki cukup uang untuk membeli gula. Murandu kemudian menggantikan garam dengan gula untuk menyembuhkan luka. Menurutnya, luka lebih cepat sembuh dengan cara ini.

Saat ia menjadi perawat di National Health System (NHS) Inggris) pada 1997, Murandu merasa janggal mengapa gula tidak digunakan dalam perawatan resmi apapun. Berangkat dari pengalamannya, ia bertekad untuk mengubah hal itu.

Baca juga : Tidurlah Lebih Lama untuk Kurangi Asupan Karbohidrat dan Gula

Pengalamannya di masa lalu berhasil dibuktikannya secara ilmiah. Bahkan ia berhasil memenangkan penghargaan untuk Journal of Wound Care pada Maret 2018 lewat penyembuhan luka dengan gula.

Dilansir BBC, Jumat (30/3/2018),  Murandu menggunakan gula putih atau gula tebu yang biasa kita pakai untuk membuat teh manis dalam penelitiannya di laboratorium.

Ia menemukan bahwa strain bakteri masih tumbuh dalam konsentrasi gula yang rendah. Namun, strain bakteri benar-benar terhambat pertumbuhannya saat berada dalam konsentrasi yang lebih tinggi.

Ia juga melakukan uji coba pada seorang wanita yang tinggal di Harare, Zimbabwe. Wanita tersebut memiliki luka parah pada kakinya selama lima tahun, dan sudah dijadwalkan untuk diamputasi.

"Saya sarankan kepada wanita ini untuk mencuci lukanya dengan gula sesering mungkin. Kini, wanita ini masih memiliki kaki," katanya.

Tak hanya melakukan uji coba pada satu wanita dengan luka parah di kaki. Ia juga melakukan studi klinis pada 41 pasien di Inggris.

Temuan yang belum dipublikasikan tersebut juga menjawab pertanyaan apakah pengobatan luka dengan gula juga dapat digunakan untuk pasien diabetes yang umumnya memiliki luka di kaki.

Menurutnya, pengobatan luka untuk pasien diabetes dapat tetap dilakukan karena hal ini tidak akan meningkatkan kadar gula dalam darah pasien.

"Gula adalah sukrosa, dan Anda perlu enzim sukrase yang ada di dalam tubuh untuk mengubahnya menjadi glukosa. Jika gula dipakai di luar tubuh, kadar gula dalam darah tidak akan terpengaruh," jelasnya.

Bagi Murandu yang tumbuh dalam keluarga serba terbatas, cara ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mereka yang tidak sanggup membeli antibiotik untuk menyembuhkan luka.

"Tuangkan gula pada luka dan tutup dengan perban. Granul akan menyerap semua kelembaban yang memungkinkan bakteri untuk berkembang. Tanpa bakteri, luka akan lebih cepat sembuh," kata Murandu menerangkan bagaimana mengobati luka dengan gula.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau