Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Goa Thailand, Begini Reaksi Tubuh Saat Terperangkap Gelap

Kompas.com - 10/07/2018, 11:28 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor


KOMPAS.com - Sejak 23 Juni 2018, 12 remaja Thailand yang tergabung dalam tim sepak bola terjebak di dalam kompleks goa Tham Luang, Thailand, bersama dengan pelatihnya. Mereka terperangkap dalam gelap, lembab, dan kondisi serba terbatas.

Beruntung, pada Senin (2/7/2018), tim penyelam gabungan berhasil menemukan mereka. Ini artinya secercah harapan untuk keluar dari dalam goa muncul.

Sejak saat itu pula, kebutuhan untuk makanan dan peralatan untuk menghangatkan tubuh terpenuhi. Terpenting, hasil pemeriksaan kesehatan memastikan tidak ada satu pun dari ke-13 orang ini yang mengalami kondisi kesehatan serius.

Setelah berbagai upaya, pada Minggu (8/7/2018), empat orang remaja berhasil dibawa ke luar goa. Sehari setelahnya, empat orang lainnya menyusul sehingga menyisakan lima orang lagi di dalam goa.

Namun, bagaimana kondisi mereka sebenarnya dan kemungkinan apa yang akan terjadi?

Baca juga: Berkaca Kasus Thailand, Bagaimana Sistem Peringatan Dini Goa di Indonesia?

Di samping trauma psikologis akibat terperangkap ratusan meter di bawah tanah, ketiadaan cahaya matahari bisa memengaruhi indra mereka. Terutama dalam merasakan pergeseran waktu dan persepsi mereka soal waktu.

Perubahan ini bisa menimbulkan risiko depresi, insomnia, gangguan metabolisme, dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya, berikut ulasannya.

Reaksi tubuh dan pikiran saat terperangkap kegelapan

Peristiwa manusia terperangkap di goa selama berbulan-bulan bukan pertama kali terjadi.

Pada 1962, seorang ahli geologi asal Perancis bernama Michel Siffre mengurung dirinya di dalam glasier bawah tanah dekat Kota Nice selama dua bulan.

Tanpa melihat jam, kalender, terpapar cahaya matahari, serta tidak dikunjungi siapapun, Siffre membiarkan tubuhnya mendikte perilakunya.

Dia membuat catatan soal aktivitasnya dan menelpon timnya di luar setiap kali dia bangun tidur, makan, dan sesaat sebelum tidur.
Selama periode tersebut, teman-temannya tidak pernah mengungkap soal waktu dan jam.

Pada saat rekan-rekannya menghubungi Siffre untuk memberitahu bahwa dia telah mendekam selama dua bulan, dia tidak percaya. Dia yakin betul bahwa hanya satu bulan yang terlewati.

Persepsi psikologisnya soal waktu menjadi kabur oleh kegelapan konstan.

Serupa dengan kasus Siffre, manakala para penyelam menemukan ke-12 remaja dan pelatih mereka, salah satu pertanyaan yang diajukan adalah berapa lama mereka di sana.

Baca juga: Elon Musk Bikin Kapal Selam untuk Keluarkan Remaja Thailand dari Goa

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau