KOMPAS.com - Sejak Jumat (11/5/2018), Merapi sudah beberapa kali mengeluarkan letusan freatik dengan berbagai skala.
Dua hari lalu (1/6/2018), Merapi meletus tiga kali dalam satu hari. Letusan pertama terjadi pada 8.20 WIB dengan ketinggian kolom 6.000 meter.
Akibat tusan tersebut, ratusan warga yang tinggal di lereng Merapi sempat mengungsi. Namun, pada Sabtu (2/6/2018) mereka cepat kembali ke rumah dan melakukan aktivitas seperti biasa lagi.
Sementara itu di belahan bumi lain, aliran lava merah dan asap tebal bercampur pasir akibat letusan gunung berapi Kilauea di Hawaii telah menyita perhatian dunia.
Dua aktivias gunung berapi yang aktif ini, mengingatkan kembali sejarah letusan gunung berapi yang memporak-porandakan kehidupan dan peradaban masyarakat.
Baca juga: Letusan Freatik Buktikan Merapi Telah Berubah, Apa Dampak Negatifnya?
Mulai dari letusan Gunung vesuvius di Italia yang membumihanguskan kota Pompeii pada 79 M, meletusnya Gunung krakatau pada 1883 di Selat Sunda, atau letusan Gunung Tambora pada 1815 di Nusa Tenggara yang terdengar sampai pulau Sumatera.
Sementara itu, gunung-gunung di Hawai, Merapi, Sinabung di Sumatera Utara, dan juga Anak Krakatau terhitung cukup rutin meletus.
Jadi seberapa bahaya letusan gunung berapi sebetulnya? Beikut catatan Satrah Brown, dari Universitas Bristol.
Sejarah masa lalu
Setiap tahun, ada sekitar 60 gunung berapi yang meletus. Beberapa letusan gunung berapi membuat kita terkejut, tetapi ada juga yang letusannya tidak mengganggu kita.
Kilauea merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di dunia, gunung itu mulai memuntahkan letusannya 35 tahun yang lalu, namun telah terjadi peningkatan aktivitas dalam beberapa minggu terakhir.
Aliran lavanya telah menerjang rumah-rumah penduduk, tapi untungnya hanya satu orang dilaporkan mengalami luka serius. Korbannya adalah seorang pria yang terkena batu yang melesat saat ia duduk di balkon rumahnya.
Kejadian ini menunjukkan bahwa gunung berapi tak selamanya berbahaya, tetapi banyak penduduk di dunia yang tinggal dekat dengan gunung berapi aktif dan banyak di antaranya merupakan gunung yang jauh lebih mematikan dibanding gunung Kilauea.
Sejak tahun 1500, tercatat sekitar 280.000 orang tewas akibat letusan berbagai gunung berapi, 170.000 orang di antaranya tewas dalam enam letusan gunung berapi.
Kami memperoleh angka-angka tersebut dari berbagai laporan media, catatan publik dan dokumen-dokumen sejarah.
Sekitar 2.000 orang tewas akibat letusan gunung berapi sejak tahun 2000.
Baca juga: Mengapa Merapi Erupsi Freatik Lagi? Ahli Jelaskan
Sebagian besar kematian disebabkan oleh aliran lumpur vulkanik di Filipina, aliran piroklastik di Indonesia, aliran lava di Republik Demokratik Kongo, dan proyektil gunung berapi di Jepang. Tahun lalu, tiga wisatawan meninggal di Italia akibat jatuh ke sebuah lubang di kawah gunung berapi.
Saat ini, sekitar 800 juta orang tinggal dalam radius 100 km dari gunung berapi aktif. Ini adalah jarak cukup jauh dari bahaya gunung berapi yang berpotensi mematikan. Dari jumlah 800 juta ini, sekitar 200 juta berada di Indonesia.