Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Letusan Merapi dan Puluhan Gunung Berapi di Dunia, Seberapa Mematikan?

Kompas.com - 03/06/2018, 11:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Seiring dengan pertambahan penduduk, mungkin akan ada banyak orang yang mendirikan pemukiman dekat salah satu gunung berapi dari 1.500 gunung berapi aktif, yang tersebar di 81 negara.

"Aktif" bukan berarti bahwa semua gunung berapi ini akan meletus, tetapi gunung tersebut aktif baru-baru ini dan bisa memuntahkan letusan-letusan baru.

Seberapa mematikan letusan gunung berapi?

Gunung berapi menimbulkan berbagai jenis bahaya bagi mereka yang tinggal di dekatnya.

Dalam kasus Kilauea, US Geological Survey (USGS) melihat peningkatan yang ditandai dalam aktivitas seismik pada akhir April, dengan rekahan pertama muncul di awal Mei.

Sejak saat itu, aliran lava mengalir hingga 5 kilometer ke lautan, menghancurkan rumah-rumah dan mengakibatkan ribuan orang dievakuasi.

Namun, aliran lava semacam itu tidak mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa.

Meskipun membakar dan mengubur semua yang dilewatinya, lava yang suhunya sekitar 1.200 derajat Celsius bergerak cukup lambat, sehingga orang-orang masih bisa menyelamatkan diri.

Bahaya muncul jika orang tidak segera menyelamatkan diri. Di Hawaii, beberapa orang diterbangkan ke tempat yang aman karena jalur penyelamatan terputus.

Lava bisa menyebabkan ledakan, terutama jika melewati pipa gas yang terkubur di dalam tanah.

Dan ketika mencapai samudera, lava akan membentuk tanah baru yang tidak stabil dan kabut lahar yang terdiri dari gumpalan uap, asam hidroklorik, dan pecahan kaca.

Bahaya lain di Hawaii adalah sulfur dioksida, salah satu dari beberapa jenis gas yang dapat ditimbulkan oleh gunung berapi, bahkan saat gunung berapi tersebut tidak meletus.

Namun gabungan lava dan gas itu jumlahnya kurang dari 2 persen dari muntahan vulkanik yang tercatat.

Seorang warga Hawaii melihat luapan lahar yang keluar dari celah tebing gunung Kilauea di Pulau Besar, Hawaii. Sekitar 10.000 warga telah diminta mengungsi untuk menghindari dampak letusan gunung berapi yang meletus pada Jumat (4/5/2018).AFP / FREDERIC J BROWN Seorang warga Hawaii melihat luapan lahar yang keluar dari celah tebing gunung Kilauea di Pulau Besar, Hawaii. Sekitar 10.000 warga telah diminta mengungsi untuk menghindari dampak letusan gunung berapi yang meletus pada Jumat (4/5/2018).
Peristiwa terbesar yang merenggut ribuan nyawa orang akibat gas vulkanik ini terjadi di Kamerun pada tahun 1986, saat itu lebih dari 1.500 orang tewas akibat gas karbon dioksida dari Danau Nyos mengalir ke desa-desa sekitarnya.

Kebanyakan orang tewas akibat aliran piroklastik dan lahar, hasil letusan gunung berapi yang bergerak cepat, terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan lahar yang menyebabkan sekitar 120.000 orang tewas selama 500 tahun terakhir.

Ini biasanya terkait dengan gunung berapi berkerucut besar yang ditemukan di perbatasan tektonik, seperti cincin api, tidak seperti gunung berapi yang memiliki perisai landai, seperti Kilauea.

Piroklastik terdiri dari longsoran batu, abu, dan gas yang mengalir dengan sangat cepat, dan bisa mencapai suhu 700 Celcius.

Alirannya menghancurkan semua yang dilewatinya, dan dipastikan akan menyebabkan kematian bagi siapa saja yang berada di dekatnya.

Baca juga: Tanpa Letusan Besar Vesuvius, Pompeii Tetap Terancam Binasa

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com