KOMPAS.com - Dalam dua minggu belakangan, gunung Merapi sangat aktif. Hari Rabu (25/6/2018) hingga pukul 14.16 WIB saja, Merapi sudah mengalami dua letusan freatik.
Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), letusan pertama terjadi pukul 3.31 WIB selama 4 menit dengan ketinggian kolom 2.000 meter ke arah barat daya.
Letusan kedua terjadi pada 13.49 WIB dengan durasi dua menit, namun ketinggian kolom abu tidak teramati dari Pos PGM Babadan.
"Status Merapi masih pada tingkat waspada (Level II). Penduduk yang tinggal dan beraktivitas di luar radius 3 KM dapat terdampak abu letusan, namun tidak membahayakan jiwa." kata Hanik Humaida, Kepala BPPTK.
"Masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan diharap menggunakan masker dan meningkatkan kesiapsiagaan," imbuhnya.
Ahli vulkanologi, Surono, mengungkapkan bahwa rangkaian letusan freatik Merapi kali ini bisa dimaknai sebagai dampak perubahan karakteristiknya.
Sebelumnya, Merapi selalu meletus dengan periode 2-4 tahun sekali. Setiap letusan selalu disertai dengan pembentukan kubah lava.
Namun sejak Oktober 2010, Merapi berubah. Siostemnya jadi terbuka sehingga mempengaruhi karakteristik letusannya.
Surono mengatakan, perubahan karakter itu punya dampak positif dan negatif. Dampak positifnya, Merapi tak langsung menghasilkan awan panas saat pertama kali meletus.
Baca juga: Surono: Merapi Selalu Jujur, Tidak Mungkin Meletus Tanpa Tanda
Sementara itu, dampak negatifnya semua sinyal yang diberikan Merapi sangat lemah. Sinyal yang dimaksud antara lain gempa tidak atraktif, deformasi, dan lain sebagainya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.