Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Rodi Susilo Mengembalikan Hidupnya dengan Transplantasi Hati

Kompas.com - 08/05/2018, 20:04 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

Istri seperti malaikat

Sang istri, menjadi sosok yang paling berjasa selama dia jatuh sakit. Rody berkata bahwa justru istrinyalah yang meyakinkannya untuk melakukan cangkok hati. Bahkan, sang istri pantas disebut sebagai malaikat penyelamat tak bersayap.

Dhelistya Liza, istrinya, ikhlas merawat selama ia terpuruk dari awal didiagnosis sampai sempat bertingkah seperti orang gangguan jiwa. Bahkan, hati sang istrilah yang akhirnya mengisi bagian hatinya yang dibuang karena rusak.

“40-50 persen dari delapan segmen hati istri dipotong untuk ditempelkan ke hati saya,” imbuhnya.

Baca juga : Demi Ilmu Pengetahuan, Wanita Ini Donasikan Hati Seberat 12 Kg

Pertimbangan

Cukup berat bagi Rodi untuk memakai organ donor dari istri sendiri. Pasalnya, dia memikirkan nasib buah hati satu-satunya yang masih berumur satu tahun kala itu.

“Siapa yang merawat kalau dua orangtuanya berbaring di rumah sakit,” ucapnya getir.

Sebenarnya, ada teman SMA yang menyatakan kesediaannya untuk donor hati. Sang adik juga mengajukan kesanggupan. Namun, pilihan akhirnya jatuh ke sang istri setelah melewati tahapan skrining.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam RSCM, Dr.dr Andri Sanityoso SpPD-KGEH, untuk proses transplantasi hati sebaiknya memang memiliki banyak calon pendonor. Sebab, untuk mengantisipasi jika satu calon pendonor tidak memenuhi syarat, masih ada opsi cadangan lain.

Kehidupan baru

Aktivitas hidupnya yang sempat terenggut lantaran gangguan fungsi hati, akhirnya kembali seusai operasi. Keluhan mual, muntah, dan tubuh lemas pun sudah hilang. Dulu, dia bahkan sampai harus cuti satu setengah tahun dari pekerjaannya akibat sakit.

“Bobot saya sekarang 70 kilogram. Sudah kembali bekerja bahkan dinas ke luar kota,” ujarnya.

Oleh karena tidak ingin mendekam lagi di ruang ICU selama sebulan dan kamar rawat inap rumah sakit selama sepuluh hari, Rodi tidak pernah absen minum obat dan kontrol sebulan sekali ke dokter.

“Saya harus selalu minum obat antivirus ricovir dan imunosupresan prograf,” katanya.

Dia pun kini tidak terlalu memforsir kegiatannya. Menurut dia, tubuh punya alarm, yakni rasa capek. Sehingga ketika sudah merasakan itu, jangan dipaksakan.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau