Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Romo Marselus Hasan, Terangi NTT dengan Energi Terbarukan

Kompas.com - 04/05/2018, 21:06 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

"Setelah lima bulan cari tahu soal PLTMH, saya menemukan teknisi Budi Yuwono. Saya kontak dia," ujarnya.

Dia berkomunikasi dengan Budi Yuwono untuk memastikan supaya cita-citanya tidak menguap jadi angan belaka. Sebab, dia sadar tidak punya latar belakang teknik atau lingkungan sama sekali.

Baca juga : Cerita Fani Laluyen Berdayakan Diri dan Desa dengan Tanaman Obat

Swadaya Iuran

Perjalanan keduanya tidak mulus. Tentangan sempat muncul karena proyek berbasis teknologi yang benar-benar baru di sana. Selintingan negatif juga kerap menghampiri. Namun, gereja terus mendukung.

Akhirnya proyek dimulai pada Juli 2012. Pendanaan masih murni berasal dari patungan tiap kepala keluarga.

"Awalnya tiap KK ditarik biaya dua juta rupiah. Dana awal tadi untuk pengadaan jaringan dan instalasi," katanya.

Selanjutnya, ketika PLTMH rampung dibangun dan siap digunakan, warga tetap dikenai biaya pemakaian, tetapi tidak semahal yang dikeluarkan saat memanfaatkan generator.

"Tiap KK perbulan iuran Rp 10.000 untuk satu bohlam lampu," ujarnya.

Rata-rata tiap rumah tiga lampu, sehingga total Rp 30.000 per bulan. Peralatan elektronik semisal televisi dikutip harga setara tiga lampu yakni Rp 30.000.

Bandingkan dengan biaya generator yang sampai Rp 900.000, jelas ada penghematan sekitar Rp 870.000.

Baca juga : Kisah Arya Permana, Anak Tergemuk di Dunia, yang Beratnya Turun 83 Kg

Menyebar ke Paroki Lain

PLTMH pertama, Wae Rina diresmikan oleh Uskup Ruteng Hubertus Leteng pada 12 Oktober 2012. PLTMH berikutnya berhasil diadakan dalam rentang tahun 2013 hingga 2017 yakni di antaranya PLTMH Wae Mese Wangkar, Wae Laban, dan Wae Lengger Menggol.

PLTMH Wae Rina di Desa Deno, Kecamatan Poco Ranaka. PLTMH Wae Mese Wangkar di Kecamatan Sampi Rampas di Paroki Watunggong. PLTMH Wae Lengger Menggol di Paroki Bea Muring. PLTMH Wae Laban, di Desa Wae Laban, Kecamatan Elar.

Pria kelahiran Ujung Pandang tersebut sengaja menyebarkan misi kebaikannya tak cuma di parokinya saja. Dengan demikian, semua desa bisa mencecap bahagianya dialiri listrik.

Lagipula, listrik yang dihasilkan PLTMH dengan turbin cross flow cukup bisa diandalkan untuk sehari-hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com