Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Makhluk Halus dan Usaha Warga Desa Torosiaje Menjaga Mangrove

Kompas.com - 30/10/2017, 07:30 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com –-  Hutan mangrove dipercaya sebagai tempat bersemayam makhluk halus. Oleh karena itu, warga desa tidak boleh menebang atau mengganggunya.

Jika melanggar, maka malapetaka, seperti sakit, sial, dan kematian, akan membayangi hidup para perusak mangrove.

Hingga saat ini, kepercayaan tradisional ini masih bertahan di wilayah Desa Torosiaje dan desa-desa di sekitarnya, Kabupaten Pohuwato.

Memanfaatkan kepercayaan ini, warga desa yang umumnya Suku Bajo berhasil mengembangkan kawasan hutan mangrove.

Selain itu, warga juga sepakat untuk menyusun Peraturan Desa (Perdes) yang melarang penebangan mangrove dan merusak habitat pesisir.

Cerita sukes pengelolaan hutan mangrove di Popayato Barat ini dipresentasikan oleh Putri Astuti Mamonto (22) yang terpilih mengikuti Youth Camp 2017 .

Acara tersebut diselenggarakan oleh Climate Institute, sebuah lembaga nirlaba yang bergerak di pelestarian lingkungan melalui isu perubahan iklim.

Putri Mamonto mewakili Universitas Negeri Gorontalo, bersama 18 mahasiswa dari perguruan tinggi ternama di Indonesia, terpilih mengikuti Youth Camp di Kepulauan Seribu, Jakarta pada 16-19 Oktober 2017.

Putri Mamonto adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang juga menyandang Putri Pariwisata Gorontalo 2015. Selama ini ia dikenal sebagai Duta Burung yang banyak mengkampanyekan pelestarian burung liar di habitatnya.

“Keberhasilan pengelolaan hutan mangrove melalui Kelompok Sadar Lingkungan Paddakauang di Popayato Barat merupakan kontribusi nyata dalam mempertahankan kualitas lingkungan,” kata Putri Mamonto, Jumat (13/10/2017).

Menurut Putri Mamonto, mangrove dan habitat pesisir lainnya memiliki kemampuan menyerap karbon yang jauh lebih tinggi dibandingkan hawasan hutan, apalagi hutan memiliki kecenderungan berkurang luasannya.

“Di Desa Torosiaje bahkan sudah ada Peraturan Desa yang melarang penebangan mangrove. Ini ditaati semua warga desa,” papar Putri Mamonto.

Baca Juga: Kisah Burung Migran dan Mangrove dalam Kacamata Anak-anak

Aturan ini selaras dengan kepercayaan tradisional masyarakat yang menyebutkan bahwa ada banyak makhluk halus yang bersemayam di pohon mangrove. Merusak mangrove berarti mengusik dunia makhluk gaib.

Di luar habitat ikan, ekosistem hutan mangrove yang dilestarikan Suku Bajo ini merupakan kawasan penting dalam menjaga dan merawat bumi.

“Ekosistem ini merupakan karbon biru (blue carbon), di dalamnya juga ada rawa payau dan padang lamun,” ujar Putri Mamonto.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau