Pengamatan lebih lanjut juga menunjukkan bahwa di dalam saluran pencernaan terdapat cacing berbentuk bulat yang ditemukan dalam jumlah banyak.
Untuk penelitian lebih lanjut, tim juga mengambil beberapa sampel organ yang masih dinilai layak untuk diperiksa di laboratorium Histopatologi, Divisi Patologi FKH IPB.
“Dari hasil nekropsi, beberapa organ sudah dalam keadaan hancur akibat proses pembusukan seperti ginjal dan paru-paru” jelas Dr. Drh. Sri Estuningsih, M.Si, APVet, ahli patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (27/04/2018).
"Kesimpulan awal, penyebab kematian badak ini adalah kholik atau torsio usus, yaitu usus besar dan usus kecil terpuntir (torso), mengakibatkan kerusakan pada usus besar, hingga bakteri mikroflora usus menghasilkan racun dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh badak," lanjut Estu.
Bukan Penyakit Menular
Selain dari kesimpulan tersebut, tim ini tidak menemukan tanda adanya penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit yang bersifat akut.
Drh Kurnia Khairani, Project Leader WWF-Indonesia yang berkantor di Ujung Kulon menegaskan, “Paling penting, kematian ini bukan disebabkan oleh perburuan badak, karena cula masih menempel pada tubuh badak”.
Baca juga: Badak Putih Jantan Punah, Spesies Badak Ini Terancam Menyusul
Dia juga menegaskan bahwa Samson mati bukan karena infeksi penyakit menular.
“Hasil nekropsi menyatakan bukan disebabkan sakit infeksius yang artinya bukan disebabkan oleh penyakit menular berbahaya seperti anthrax dan lainnya,” ujar Nia.
“Kami mendorong pemerintah untuk segera merampungkan Strategi Konservasi Badak 2018-2023, dan fokus untuk mengembangkan populasi kedua Badak Jawa selain di Ujung Kulon untuk mencegah punahnya Badak Jawa disebabkan oleh penyakit epidemi yang masif, bencana alam seperti tsunami atau gempa bumi,” lanjut Nia.
Untuk diketahui, penyakit infeksius bisa bersifat epidemik.
Jika ini terjadi, dikhawatirkan bisa menyebar dengan cepat ke seluruh populasi badak Jawa. Padahal, saat ini, badak Jawa hanya single populasi di Ujung Kulon.
Dengan kata lain, ketika infeksius penyakit menjadi epidemik ditakutkan bisa membuat punah badak Jawa.
Oleh karenanya, pengembangan populasi kedua harus segera menjadi prioritas strategi konservasi badak Jawa ke depan.
Pembelajaran
Pembelajaran penting dari kematian Samson ini adalah penanganan kematian Badak Jawa berlangsung lebih cepat dan efisien dibanding sebelumnya.
Respon cepat ini tidak terlepas berkat adanya Unit Monitoring Badak dan Unit Ksehatan Badak yang menjadi tulang punggung pengelolaan populasi badak jawa di Ujung Kulon.
Baca juga: Sudan, Badak Putih Jantan Terakhir di Dunia Jatuh Sakit
Proses koordinasi Balai TNUK bersama para mitra termasuk WWF-Indonesia mampu merespon secara cepat proses penanganan mulai dari evakuasi, investigasi forensik yang melibatkan tenaga ahli dari pihak Universitas hingga proses publikasi sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap publik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.