Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badak Sumatera di Malaysia Alami Tumor Rahim, Kok Bisa?

Kompas.com - 22/12/2017, 21:25 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Kabar duka kembali tersiar dari spesies badak Sumatera. Kali ini badak betina Sumatera yang masih bertahan di Malaysia sedang sakit parah.

Tepatnya, badak tersebut menderita tumor di rahimnya. Seorang pejabat satwa liar pada Rabu (20/12/2017), mengatakan bahwa para dokter hewan sedang berlomba menyelamatkan makhluk langka itu.

Iman adalah satu dari dua badak Sumatera yang diketahui masih hidup di Malaysia. Ia tinggal di sebuah suaka margasatwa di Kalimantan.

Di tempat tersebut, Iman menjalani program penangkaran dengan badak jantan terakhir yang masih bertahan bernama Tam.

Baca juga: Kisah Badak Sumatera Berjuang dari Kepunahan Selama 10.000 Tahun

Sayangnya, badak betina yang ditangkap beberapa tahun lalu di sebuah lembah hutan kini mengalami pendarahan hebat akibat tumor tersebut, tutur Augustine Tuuga, direktur Sabah Wildlife.

Sebelum diketahui mengalami pendarahan, Iman muncul setelah berkubang lumpur di belakang negara bagian Sabah. Salanjutnya ita dirawat oleh para dokter berpengalaman.

Augustine mengatakan Iman saat ini hanya mau minum dan menolak untuk makan.

"Kami berharap bisa mengobati penyakitnya," ungkap Augustine dikutip dari AFP, Rabu (20/12/2017).

Ternyata, Iman telah menderita penyakit yang sama di masa lalu. Tapi, menurut Augustine, para dokter dapat mengatasinya dengan lebih mudah sebelumnya.

Ini menambah daftar panjang meninggalnya badak Sumatera di lokasi tersebut. Pada Juni 2017, badak betina lain telah meninggal akibat kanker kulit.

Badak Sumatera dalam spesies badak terkecil dan satu-satunya badak Asia dengan dua tanduk. Namun spesies ini telah dinyatakan punah di alam liar Malaysia sejak 2015.

Baca juga: Kama Sutra Satwa: Ribetnya Seks Badak Sumatera

Badak Sumatera sendiri hanya tersisa kurang dari 100 ekor di alam liar Indonesia. Mereka tersebar dalam kawanan kecil di pulau Sumatera dan Kalimantan.

Jumlah mereka menurun drastis akibat pengalihan hutan menjadi perkebunan dan pertanian. Selain habitat alami yang makin sedikit, perburuan liar untuk tanduk dan sarang badak ini makin gencar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau