Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/04/2018, 20:03 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com — Kesal karena wajah Anda selalu dihiasi jerawat, sementara rekan atau saudara Anda memiliki kulit yang mulus?

Jika jerawat sukar enyah dari wajah meski sudah diobati dengan berbagai cara, ada kemungkinan Anda memiliki folikel rambut yang mudah tersumbat.

Hal itu diungkapkan oleh penelitian yang terbit dalam jurnal Science Inflamation pada Oktober 2016.

Pada dasarnya, hampir seluruh kulit manusia secara alami ditinggali bakteri sebagai benteng dari serangan kuman. Dengan kata lain, bakteri penyebab jerawat, yakni Propionibacterium acnes, memang tersimpan di kulit tiap orang.

Baca juga: Jangan Ditiru! Ini Akibatnya bila Bersihkan Jerawat Pakai Pisau Kayu

Namun, yang menjadi pertanyaan para ahli adalah mengapa tidak semuanya memiliki kulit berjerawat? Peneliti asal Universitas California, Richard Gallo, bersama rekannya pun tergerak untuk menyelidikinya.

Dirangkum dari Science Alert pada Senin (2/4/2018), sebetulnya bakteri yang bersarang di kulit tidak akan berbahaya dan menimbulkan peradangan asalkan tidak terperangkap pada bagian yang pengap dan berminyak seperti folikel rambut.

Begitu pula dengan bakteri jerawat. Gallo dan timnya menemukan bahwa P acnes akan berujung pada jerawat saat bersinggungan dengan pori-pori yang tersumbat. Akibatnya, kelenjar sebaceous menghasilkan minyak berlebih pada kulit yang dikenal dengan nama sebum.

Sebum ini lalu berubah menjadi asam lemak yang memperparah peradangangan di kulit. Asam lemak inilah yang menghambat kerja enzim deacetylases histone, yakni mencegah peradangan. Akibatnya, pori-pori membengkak dan timbul menjadi jerawat.

Baca juga : Mengenal Retinol, Pengusir Jerawat dan Keriput

Gallo menekankan, reaksi jerawat baru akan muncul jika seseorang memiliki folikel rambut yang bersifat mudah tersumbat. Inilah yang mengantarkan pada temuan kenapa ada orang yang selalu berjerawat dibandingkan orang lain. Sebab, jenis folikel rambutnya berbeda.

Kala itu, kesimpulan tersebut diperoleh Gallo dan timnya lewat serangkaian eksperimen pada tikus. Bakteri penyebab jerawat dinjeksikan pada berbagai jenis kulit tikus untuk mendapatkan hasil tentang pembentukan jerawat.

Tanggapan pun datang dari pakar bakteri kulit asal Universitas Aarhus, Holger Bruggemann. “Untuk pertama kalinya, dijabarkan tentang bagaimana asam lemak turunan dari P acnes memicu peradangan pada sel-sel kulit,” ujarnya kepada New Scientist, pada tahun 2016.

Kini, Gallo beserta kelompok kerjanya berencana menelusuri temuan mereka lewat uji coba pada manusia. Mereka ingin mengetahui lebih lanjut, selain folikel, apakah genetika juga berperan membuat seseorang rentan berjerawat. Dugaan lain penyebab jerawat seperti perbedaan strain bakteri yang memproduksi kelebihan asam lemak akan turut ditelusuri pula.

Setidaknya, temuan pada tahun 2016 tersebut membawa kita pada pengetahuan tentang pengobatan jerawat. Pemberian antibiotik, hormon regulator seperti pil kontrasepsi, atau isoretinoin sejenis Roaccutane kerap tidak mempan untuk membasmi jerawat.

“Kita bisa memutus jalur asam lemak ini atau menangkal dampaknya pada kulit. Ini yang sedang kita kerjakan sekarang,” ujar Gallo kepada New Scientist.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com