KOMPAS.com - Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, menyebutkan bahwa makarel kemasan kaleng yang terinfeksi cacing tidak berbahaya asalkan diolah dengan benar. Dilansir dari Kompas.com, Nila berkata bahwa cacing tersebut justru diperkaya dengan protein.
“Setahu saya itu (ikan makarel) kan enggak dimakan mentah, kita kan goreng lagi atau dimasak lagi. Cacingnya matilah. Cacing itu sebenarnya isinya protein, berbagai contoh saja tapi saya kira kalau sudah dimasak kan saya kira juga steril. Insya Allah enggak kenapa-kenapa," kata Nila di Gedung DPR RI, Kamis (29/3/2018) dilansir dari Kompas.com pada Senin (2/4/2018).
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Peneliti Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Kartika Dewi.
Masyarakat tidak perlu panik apabila tidak sengaja mengonsumsi makarel kalengan yang terinfeksi cacing. Pasalnya, jenis cacing nematoda, Anisakis simplex, tersebut telah dalam kondisi mati.
Baca juga : Tak Selalu Bahaya, Ini Catatan FAO tentang Cacing Pada Makarel Kaleng
“Dalam suhu 60 derajat celsius saja, cacing tersebut akan mati. Apalagi proses pengalengan melibatkan suhu di atas 120 derajat, tentu cacingnya ikut mati,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (4/2/2018).
Baik larva atau cacing Anisakis simplex tidak tahan dengan panas. Apabila terpapar suhu di atas 60 derajat, cacing tersebut akan mati. Kemampuannya untuk menginfeksi pun akan hilang.
Dengan demikian, infeksi akibat cacing tersebut tidak akan dialami manusia. Sebab, yang menimbulkan infeksi adalah larva atau cacing yang masih hidup, bukan cacing yang sudah dalam kondisi mati.
Dia pun sepakat dengan pernyataan Menkes Nila yang menyebut cacing tersebut berprotein. Pasalnya, tubuh cacing memang tersusun dari protein. Kendati demikian, secara estetika tentu masyarakat akan mempermasalahkan makanan yang terkontaminasi cacing.
Siklus Hidup
Kartika kemudian menerangkan tentang bagaimana siklus hidup cacing parasit tersebut hingga bisa tertinggal di makarel kalengan.
Pada mulanya, cacing Anisakis yang mendiami perairan tropis akan bertelur di dalam tubuh mamalia laut. Lalu, telur akan keluar di perairan bersama feses yang dihasilkan mamalia laut. Telur tersebut berubah menjadi larva yang kemudian menjadi santapan bagi invertebrata laut seperti udang, cumi-cumi, dan ubur-ubur.
Baca juga : Peneliti LIPI: Tak Mengagetkan Ikan Makarel Terinfeksi Cacing Parasit
“Lalu hewan-hewan tersebut dimakan ikan-ikan karnivora seperti makarel, tengiri, kembung, dan kakap,” jelasnya.
Apabila ikan tersebut ditangkap untuk dijadikan bahan pangan, maka siklus hidup larva cacing akan terhenti. Larva berpindah ke tubuh ikan lalu diolah bersamaan dengan proses pemasakan ikan laut.
Oleh karena itu, ikan harus benar-benar dimasak secara matang supaya cacing dan larvanya dipastikan benar-benar mati.
Dihubungi secara terpisah, ahli parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, menyetujui siklus hidup yang dipaparkan oleh Kartika.