Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ditemukan Cacing pada Makarel Kaleng, Pakar Bilang Itu Aman

Kompas.com - 02/04/2018, 19:45 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, menyebutkan bahwa makarel kemasan kaleng yang terinfeksi cacing tidak berbahaya asalkan diolah dengan benar. Dilansir dari Kompas.com, Nila berkata bahwa cacing tersebut justru diperkaya dengan protein.  

“Setahu saya itu (ikan makarel) kan enggak dimakan mentah, kita kan goreng lagi atau dimasak lagi. Cacingnya matilah. Cacing itu sebenarnya isinya protein, berbagai contoh saja tapi saya kira kalau sudah dimasak kan saya kira juga steril. Insya Allah enggak kenapa-kenapa," kata Nila di Gedung DPR RI, Kamis (29/3/2018) dilansir dari Kompas.com pada Senin (2/4/2018).

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Peneliti Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Kartika Dewi.

Masyarakat tidak perlu panik apabila tidak sengaja mengonsumsi makarel kalengan yang terinfeksi cacing. Pasalnya, jenis cacing nematoda, Anisakis simplex, tersebut telah dalam kondisi mati.

Baca juga : Tak Selalu Bahaya, Ini Catatan FAO tentang Cacing Pada Makarel Kaleng

“Dalam suhu 60 derajat celsius saja, cacing tersebut akan mati. Apalagi proses pengalengan melibatkan suhu di atas 120 derajat, tentu cacingnya ikut mati,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com pada Senin (4/2/2018).

Baik larva atau cacing Anisakis simplex tidak tahan dengan panas. Apabila terpapar suhu di atas 60 derajat, cacing tersebut akan mati. Kemampuannya untuk menginfeksi pun akan hilang.

Dengan demikian, infeksi akibat cacing tersebut tidak akan dialami manusia. Sebab, yang menimbulkan infeksi adalah larva atau cacing yang masih hidup, bukan cacing yang sudah dalam kondisi mati.

Dia pun sepakat dengan pernyataan Menkes Nila yang menyebut cacing tersebut berprotein. Pasalnya, tubuh cacing memang tersusun dari protein. Kendati demikian, secara estetika tentu masyarakat akan mempermasalahkan makanan yang terkontaminasi cacing.

Siklus Hidup

Kartika kemudian menerangkan tentang bagaimana siklus hidup cacing parasit tersebut hingga bisa tertinggal di makarel kalengan.

Pada mulanya, cacing Anisakis yang mendiami perairan tropis akan bertelur di dalam tubuh mamalia laut. Lalu, telur akan keluar di perairan bersama feses yang dihasilkan mamalia laut. Telur tersebut berubah menjadi larva yang kemudian menjadi santapan bagi invertebrata laut seperti udang, cumi-cumi, dan ubur-ubur.

Baca juga : Peneliti LIPI: Tak Mengagetkan Ikan Makarel Terinfeksi Cacing Parasit

“Lalu hewan-hewan tersebut dimakan ikan-ikan karnivora seperti makarel, tengiri, kembung, dan kakap,” jelasnya.

Apabila ikan tersebut ditangkap untuk dijadikan bahan pangan, maka siklus hidup larva cacing akan terhenti. Larva berpindah ke tubuh ikan lalu diolah bersamaan dengan proses pemasakan ikan laut.

Oleh karena itu, ikan harus benar-benar dimasak secara matang supaya cacing dan larvanya dipastikan benar-benar mati.

Dihubungi secara terpisah, ahli parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpParK, menyetujui siklus hidup yang dipaparkan oleh Kartika.

Dia pun menambahkan bahwa hospes atau inang terakhir cacing tersebut adalah mamalia laut seperti paus, hiu, anjing laut, lumba-lumba, singa laut, dan beruang laut.

Baca juga : Heboh Ikan Makarel Kaleng Bercacing, Ini Bedanya dengan Sarden

"Mamalia laut adalah hospes tetap Anisakis simplex. Apabila ditemukan cacing tersebut pada makhluk hidup lain, perannya hanya sebagai hospes perantara atau hospes paratenik, seperti pada ikan," katanya kepada Kompas.com pada Senin (2/4/2018).

Prof dr Saleha juga menanggapi kehebohan parasit cacing dalam makarel kaleng.

Makarel kaleng bercacing tidak membuat infeksi saat dikonsumsi. Sebab, kandungan larva atau cacing di dalamnya telah mati setelah melalui rangkaian pemanasan saat pengalengan.

“Larva cacing mudah mati dengan cara pembekuan atau pemanasan. Syaratnya, ikan tinggal dibekukan pada suhu kurang dari 20 derajat Celsius selama 24 hingga 60 jam atau dipanaskan pada suhu lebih dari 60 hingga 65 derajat Celsius,” imbuhnya.

Kata Saleha, asalkan ikan bercacing tidak dikonsumsi secara mentah, maka tidak berbahaya. Pasalnya, ikan mentah lebih rentan menyisakan larva atau cacing hidup yang menimbulkan infeksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau