Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penemuan yang Mengubah Dunia: Micin, Serbuk Penuh Kontroversi

Kompas.com - 15/03/2018, 18:01 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Seperti yang disebutkan di atas, asam glutamat sebenarnya juga diproduksi dalam tubuh manusia. Dalam tubuh manusia, asam glutamat sering ditemukan sebagai glutamat, senyawa berbeda jika kehilangan satu atom hidrogennya.

Glutamat merupakan salah satu neurotransmitter yang paling banyak di otak. Senyawa ini memainkan peran penting dalam memori dan pembelajaran.

Selain pada tubuh manusia, senyawa ini juga diproduksi pada tubuh beberapa hewan dan tumbuhan. Senyawa ini juga dengan mudah kita temui dalam berbagai bahan makanan alami.

Sebut saja tomat, keju, jamur, buah, sayur, bahkan ASI atau air susu ibu juga mengandung glutamat.

Dengan kata lain, sebenarnya micin atau MSG, tanpa ditambahkan pun sudah terkandung dalam makanan alami.

Merk Dagang

Menyadari keberhasilannya merumuskan molekul kristal yang disebut umami tersebut, Ikeda kemudian mulai berpikir untuk memproduksinya secara massal. Pada 1909, Ikeda mendirikan merk dagang Ajinomoto (dalam bahasa Jepang berarti esensi rasa) untuk memproduksi temuannya.

Kala itu, bahan tambahan dalam masakan ini dibuat dengan memfermentasi protein nabati.

Sayangnya, micin tak langsung diterima pasar. Ajinomoto sempat kesulitan menarik perhatian konsumen. Bahkan, pada empat tahun pertama mereka tidak menghasilkan keuntungan.

Baca juga: Berapa Banyak Kadar Garam yang Dibutuhkan Tubuh Kita?

Tahun 1931 adalah titik balik dari difusi MSG. Tahun tersebut, Ajinomoto sangat digandrungi oleh masyarakat. Apalagi, setelahnya, produk ini secara resmi digunakan di meja kaisar.

Kontroversi

Ketenaran micin bukan tanpa batu sandungan. Bahan penyedap rasa ini sering dikaitkan dengan berbagai hal buruk, misalnya membuat bodoh atau sakit.

Hal ini mungkin bermula dari tulisan Robert Ho Man Kwok, seorang dokter keturunan China-Amerika di Maryland, AS.

Pada 1968, Kwok menulis sebuah esai ke New England Journal of Medicine tentang sindrom restoran China.

Dalam esai itu, Kwok menceritakan bagaimana dia mengalami mati rasa di bagian belakang leher yang menyebar hingga ke lengan dan punggung, lemas, dan berdebar-debar setiap kali makan di restoran China.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau