KOMPAS.com - Tidur adalah salah satu kebutuhan penting bagi manusia.
Walau setiap hari kita dilakukan, para ilmuwan mencatat masih ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentang tidur.
Kita tahu bahwa tidur baik untuk mengembalikan sistem kekebalan tubuh, menyeimbangkan kadar hormon, menurunkan tekanan darah, membersihkan racun dari otak, dan lain sebagainya.
Hasil ribuan penelitian bersikeras mengatakan tidur tidak merugikan. Meski begitu, masih banyak mitos yang beredar tentang tidur.
Baca juga : Bisa Tidur Kalau Dibius, Apakah Tanaman Punya Kesadaran seperti Kita?
Berikut beberapa mitos yang paling menonjol dan akan dikupas kebenarannya dilansir Science Alert, Minggu (4/3/2018):
1. Anda bisa menjadi orang yang rajin bangun pagi bila tidur
Permasalahan ini sebenarnya lebih kompleks karena ada beberapa faktor yang memengaruhi chronotype seseorang. Chronotype mengacu pada kecenderungan waktu untuk tidur seseorang selama 24 jam.
Ada kelompok orang yang bangun pagi, orang yang kuat begadang, atau keduanya.
Ahli mengatakan jam tubuh manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti mendapat sinar matahari dan genetika.
Kebanyakan orang memang bisa mengatur jam tidur, tapi ada juga yang sulit bila diminta beralih menjadi orang yang bangun pagi atau menjadi orang yang suka begadang. Pada dasarnya tidak mungkin.
2. Tidur kurang dari 7 jam setiap hari sudah cukup
Orang yang memercayai mitos ini adalah mereka yang kerap begadang. Salah satu cara yang dilakukan agar tidak tidur sepanjang malam adalah dengan mengonsumsi kopi.
Dalam menjawab mitos ini, ilmuwan neuroscience dari University of California Berkeley, Matthew Walker, menyarankan agar selama seminggu Anda tidak memasang alarm dan bangun secara alami. Hal ini untuk mengetahui seberapa banyak waktu yang dibutuhkan tubuh untuk mengembalikan fungsinya.
Dari penelitian yang sudah dilakukan, sebagian besar orang membutuhkan 7-9 jam untuk tidur.
Memang ada beberapa orang yang mengaku tidur 5 jam saja sudah cukup, apalagi badan tetap segar dan terasa normal. Walker berkata, meski tubuh mampu menyesuaikan diri dengan kebiasaan tersebut, tes menunjukkan tubuh mengalami gangguan kinerja.