Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapan Sakit Kepala Harus Diperiksakan ke Dokter?

Kompas.com - 30/01/2018, 20:02 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Tentu saja hal ini tergantung pada frekuensi dan tingkat keparahan sakit kepala. Terutama seberapa besar sakit kepala ini mengganggu aktivitas Anda sehari-hari.

Kapan perlu memeriksakan sakit kepala?

Penggunaan obat warung mungkin bisa meredakan sakit kepala Anda. Tapi obat ini punya risikonya sendiri.

"Obat warung tampaknya aman, tapi tidak begitu saat dikonsumsi," kata Tariq.

"Penggunaan jangka panjang atau sering dapat menimbulkan akibat yang lebih berbahaya dari sakit kepala itu sendiri," imbuhnya.

Misalnya saja, aspirin atau ibuprofen dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal (usus atau lambung), tukak lambung, dan masalah ginjal jika digunakan dalam jangka panjang. Selain itu, obat tylenol juga dapat menyebabkan kerusakan hati jika digunakan dalam dosis tinggi.

Untuk itu, Anda perlu mengenali ciri sakit kepala yang harus diperiksakan ke dokter.

Baca juga: Bagaimana Cara Mengobati Sakit Kepala Saat Hamil?

"Lebih dari dua sakit kepala dalam seminggu atau sakit kepala yang berlangsung selama lebih dari dua minggu," ungkap Munger saat ditanya kapankah waktu yang tepat untuk memeriksakan sakit kepala

Meski menetapkan aturan tersebut, Munger menyebut bahwa gejala di atas tidak berarti keadaan darurat. Tapi keadaan tersebut berarti bahwa seseorang harus diperiksa.

Memeriksakan diri ke dokter mungkin bisa membuat seseorang mengetahui pemicunya.

"Tujuannya adalah untuk menghindari pemicu," kata Tariq.

Baca juga: Kapan Sakit Kepala Saat Hamil Perlu Diwaspadai?

Cara membedakan sakit kepala biasa dan berbahaya

Tariq menyebut bahwa pemicu sakit kepala yang umum adalah makanan tertentu, dehidrasi, alkohol, kurang tidur, perubahan cuaca, siklus menstruasi, pekerjaan, dan stres.

Selain itu, saat melakukan pemeriksaan dapat ditemukan jenis sakit kepala yang kita rasakan. Dokter juga akan mencari gejala lain, seperti mati rasa atau kesemutan, mual, gangguan bicara, atau masalah ingatan.

Gejala-gejala tersebut biasanya mengindikasikan kondisi yang lebih serius.

"50 persen orang dengan sakit kepala kronis juga memiliki gangguan gelisah dan depresi," kata Tariq.

"Mengatasi masalah tersebut, dengan psikoterapi dan pengobatan, dapat membantu mengatasi sakit kepala," imbuhnya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com