Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Superblue Blood Moon", Sekali dalam 2.380 Purnama

Kompas.com - 30/01/2018, 17:30 WIB
Agie Permadi

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Peristiwa gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 disebut-sebut sebagai fenomena langka karena merupakan gerhana bulan total yang terjadi saat supermoon sekaligus blue moon.

Menurut perhitungan, peristiwa ini hanya terjadi 0,042 persen dari keseluruhan purnama atau hanya sekali dalam 2.380 kali purnama (satu kali dalam 192 tahun).

Lalu bagaimana proses terjadinya gerhana bulan total pada 31 Januari nanti?

Kepala Observatorium Bosscha ITB, Dr Premana W Premadi, dalam keterangan tertulisnya menjelaskan mengenai gerhana bulan total tersebut. 

Baca juga : Seberapa Langka Super Blood Blue Moon yang Akan Sapa Indonesia?

Premana berkata gerhana bulan total terjadi saat matahari, bumi, dan bulan hampir berada dalam satu garis lurus. Saat itu permukaan bulan tidak terkena cahaya matahari karena terhalang bumi. 

Menurut dia, gerhana bulan selalu terjadi pada saat bulan dalam keadaan purnama. Meski begtu tidak setiap purnama melahirkan gerhana. Ini karena bidang orbit bulan membentuk sudut 5 derajat terhadap ekliptika (bidang orbit bumi mengelilingi matahari).

Umumnya, dalam satu tahun terjadi dua hingga tiga kali gerhana bulan. Pada 2018 ini, gerhana bulan terjadi pada 31 Januari dan 28 Juli nanti. Keduanya merupakan gerhana bulan total yang merupakan kejadian cukup langka.

"Namun dari kedua gerhana tersebut, hanya gerhana bulan 31 Januari 2018 saja yang dapat teramati seluruhnya dari Indonesia. Sedang pada gerhana bulan yang akan terjadi pada 28 Juli 2018, hanya sebagian wilayah Indonesia timur yang tidak dapat menyaksikan keseluruhan gerhana," jelas Premana, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (30/1/2018).

Pada gerhana bulan total Rabu malam ini, bulan mulai memasuki bayangan umbra bumi pukul 18.48 WIB.

Baca juga : Super Blue Blood Moon di Langit Indonesia, Catat Waktu dan Tempatnya

Kemudian bayangan hitam mulai muncul di permukaan bulan sehingga bulan purnama akan tampak berubah bentuk menjadi bulan setengah, bulan sabit, dan pada puncaknya bulan akan terlihat kemerahan sekitar pukul 19.52 hingga 21.08 wib.

"Warna merah ini muncul karena cahaya matahari dihamburkan oleh debu dan molekul di atmosfer bumi. Warna biru akan terhamburkan lebih kuat, sedangkan warna merah dapat lolos melewati atmosfer bumi dan sampai ke permukaan bulan. Bulan pun tampak berwarna kemerahan. Sebagian orang jaman dahulu menyebut gerhana bulan total sebagai blood moon atau bulan merah-darah," jelasnya.

Premana berkata warna bulan saat puncak gerhana pun tak selalu sama. Kadang bulan berwarna merah-orange, merah bata, merah kecoklatan, hingga merah gelap.

Perbedaan warna tersebut bergantung pada banyaknya kandungan uap air, polutan udara hasil pembakaran atau asap pabrik/kendaraan bermotor, debu, dan abu letusan gunung berapi.

"Bulan akan tampak semakin gelap seiring dengan makin banyaknya kandungan material tersebut," ungkapnya.

Baca juga : Super Blue Blood Moon Punya Risiko, Waspadai Akibatnya

Dia melanjutkan sekitar pukul 22.11 WIB, bulan akan meninggalkan umbra bumi menuju bagian penumbra. Saat itu, bulan akan kembali terlihat sebagai purnama yang redup karena pengaruh bayangan penumbra bumi.

Baru pada pukul 23.08 WIB, bulan tidak lagi berada di dalam bayangan bumi dan gerhana bulan benar-benar berakhir. Bulan akan kembali tampak sebagai purnama yang terang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau