Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minum Susu dan Kencing Unta, Haruskah Kita Mengikutinya?

Kompas.com - 08/01/2018, 07:18 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

"Sampai saat ini sebenarnya unsur anti-keganasan pada susu unta atau air seni belum diidentifikasi," sambungnya.

Sejumlah penelitian terus dilakukan soal khasiat kencing unta yang biasanya dikonsumsi dengan dicampur sedikit susu. Rata-rata, penelitian dilakukan oleh ilmuwan dari Timur Tengah.

Baca juga : Unta Dikonfirmasi sebagai Sumber Infeksi MERS

Namun, terkait tradisi kuno yang dilakukan di kawasan padang pasir itu, sebenarnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada pertengahan Juni 2015 pernah melarang untuk mengonsumsi kencing unta.

Hal ini berkaitan dengan penyebaran virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) yang diduga berasal dari urin unta.

Gejalanya ditandai dengan demam, masalah pernapasan, infeksi paru-paru, gagal ginjal, dan komplikasi mematikan lainnya.

Saat itu, WHO menasihati masyarakat untuk mengikuti akal sehat terkait kebersihan.

"Orang harus menghindari kontak langsung dengan binatang terutama unta, saat mengunjungi peternakan, pasar, atau area gudang di mana virus dapat berkembang. Hindari kontak dengan hewan yang sakit," tulis WHO dalam keterangan resminya.

Tak berbeda dari dua tahun lalu, akhir 2017 kemarin (22/12/2017) WHO melarang keras mengonsumsi kencing unta.

Focal Point IHR Nasional Uni Emirat Arab (UEA) melaporkan satu kasus tambahan infeksi Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV).

Sabtu (2/12/2017), UEA telah menguji 10 unta yang memasuki wilayah Al AIn-Mezyad untuk pemeriksaan MERS-CoV. Dengan pemeriksaan lendir pada saluran pernapasan menggunakan teknik PCR (polymerase chain reaction), mereka mengidentifikasi protein khas virus penyebab MERS. Lima di antaranya positif.

"Infeksi dengan MERS-CoV dapat menyebabkan penyakit parah yang mengakibatkan tingginya angka kematian. Manusia terinfeksi MERS-CoV karena kontak langsung atau tidak langsung dengan unta dromedari (unta asal Arab Saudi)," tulis WHO dalam keterangan resminya.

"Masyarakat harus menghindari minum susu unta mentah atau air seni unta, atau makan daging yang belum dimasak dengan benar," tegas WHO.

Baca juga : Sains Jelaskan Kenapa Orang Religius Lebih Sehat dan Hidup Lama

Kini, negara dengan mayoritas muslim di dunia pun telah bergerak untuk memberi peringatan. Seperti yang dilakukan oleh Asosiasi Medis Islam Malaysia (Imam).

"Jika metode yang diklaim sebagai pengobatan lebih banyak ruginya daripada manfaatnya, maka itu dianggap haram dari perspektif Islam," kata kepala komite Fiqh Medis, Dr Ahmad Faidhi Mohd Zaini, seperti diberitakan Free Malaysia Today, Kamis (4/1/2018).

"Sekarang kita tahu bahwa mungkin kita bisa mengidap MERS-CoV karena unta, untuk itu kontak dengan unta harus dihindari," katanya.

Faidhi berkata, akan lebih bijak jika masyarakat memahami bukti baru dan mencari perawatan medis jika sakit.

"Minum air kencing unta adalah praktik yang didasarkan pada pengobatan tradisional Arab, di mana ini tidak dianggap sebagai Sunnah Tasri'yyah, tapi praktik oleh masyarakat Arab kuno," kata Faidhi.

Seperti diketahui, urin merupakan proses membuang racun dan zat kimia lain dalam tubuh. Meski ada beberapa zat kimia dalam urin yang dianggap bermanfaat, toksinnya tidak.

Zat kimia apa pun yang didapat dari tempat kotor dari dalam tubuh makhluk hidup tidak bisa dimakan atau diminum. Kini, keputusan ada di tangan Anda.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com