Sebagai perbandingan, para peneliti merawat tikus dengan erythromycin, antibiotik yang sudah diketahui tidak mempan untuk fusobacterium. Hasilnya, pertumbuhan tumor tidak terpengaruh sama sekali.
Lantas, adakah mungkin untuk melakukan pencegahan tumor usus besar dengan menciptakan antibiotik yang membunuh fusobacterium?
Tunggu dulu. Emma Allen-Vercoe dari Universitas Guelph, yang mempelajari peran bakteri dalam kanker usus besar, berkata bahwa antibiotik tidak dapat menarget satu jenis bakteri saja. Bisa jadi ada bakteri lain yang penting untuk tubuh dan ikut terbunuh.
BACA: Temukan Penanda Kanker, Dokter Indonesia Dapat Apresiasi Dunia
"Kami belum bisa memprediksi efek antibiotik yang diberikan, ditambah lagi setiap orang memiliki mikrobiota usus yang berbeda," kata Allen-Vercoe.
Selain itu, Dr Holt juga berkata bahwa metode ini memiliki satu masalah lagi. Pasien harus minum antibiotik terus-menerus karena fusobacterium akan terus kembali ke mulut. Kalau penggunaan antibiotik dihentikan, bisa jadi fusobacterium dapat kembali ke sel tumor.
Atas pertimbangan itu, vaksin kanker usus besar berdasarkan antibiotik metronidazol dinilai kurang dapat membantu. Lagipula, menurut Allen-Vercoe, tidak semua fusobacterium berkaitan dengan kanker.
"Dari sedikit bakteri yang ada, tidak ada konsensus yang jelas mengapa mereka berperilaku patogen. Jadi tidak ada target yang jelas untuk vaksin," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.