Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Temukan Penanda Kanker, Dokter Indonesia Dapat Apresiasi Dunia

Kompas.com - 20/11/2017, 19:07 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com – Tim dokter asal Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan Best Poster untuk kategori kanker kepala dan leher dalam acara Eropean Society for Medical Oncology (ESMO) Asia 2017. Poster tersebut merupakan hasil penelitian yang berlangsung selama 2007 hingga 2016.

Agus Fitriyanto Achmad, Susanna Hilda Hutajulu, dan Johan Kurnianda menemukan cara sederhana untuk mengetahui penanda bilogis (biomarker) pada kanker karsinoma nasofaring.

Dari hasil penelitiannya, dokter dapat menilai prognosis (prediksi harapan hidup) pasien dengan memangkas biaya dan peralatan yang mahal.

“Sekarang kan banyak biomarker untuk kanker itu kan pemeriksaannya mahal. Cara ini kan relatif mudah karena hanya diperiksa darah,” kata Agus di Suntec Convention Center, Singapura, Jumat (18/11/2017).

Sel darah putih berfungsi sebagai bentuk pertahanan tubuh. Jenis-jenisnya antara lain neutrofil, limfosit, monosit, basophil, dan eosinophil.

Agus yang merupakan dokter penyakit dalam mengatakan, neutrofil dapat dirangsang oleh sel tumor untuk mengeluarkan zat yang bersifat pro-tumor. Dampaknya, tumor dapat semakin berkembang dan memfasilitasi terjadinya metastasis. Sementara limfosit berfungsi sebagai pembunuh sel tumor.

Baca Juga : Temuan Baru, Kanker Esofagus Bisa Dideteksi 8 Tahun Lebih Awal

Untuk mendapatkan penanda biologis, Agus dan koleganya membandingkan jumlah netrofil dan limfosit dengan nilai cut off sebesar 3,7. Data itu didapat dari cancer registry yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat dr Sardjito, Yogyakarta, dari 246 pasien.

Bila netrofil lebih banyak dibandingkan dengan limfosit dan menghasilkan rasio perbandingan lebih dari 3,7, harapan hidup pasien lebih buruk. Begitu juga sebaliknya, jika perbandingan lebih rendah, yakni dibawah 3,7 maka pasien punya harapan hidup lebih baik.

“Cut off 3,7 kami dapat dari pengolahan data dengan statistik. Sampai saat ini, lebih dari 3,7 itu kesintasannya sekitar 11 bulan. Yang kurang 3,7 sekitar 18 bulan,” kata Agus.

Agus menyebutkan, kanker nosafaring antara lain dapat dipicu dengan merokok dan infeksi virus Epstein-Barr. Sel di dalam nasofaring berubah menjadi ganas setelah terpapar cukup lama dalam durasi tahunan.

Gejala awalnya seperti sering mimisan, hidung tersumbat, nyeri kepada, telinga berdenging. Kemudian, mata yang tiba-tiba juling atau pandangan yang dobel, serta tonjolan di leher.

“Kalau dari nasofaring, metastasis ke getah bening, leher jadi ada benjolan. Kadang kan gejala ini tidak terasa tahu-tahu ada benjolannya. Cara mencegahnya, jangan merokok. Kalau ada gejanya cepat periksa,” kata Agus.

Baca Juga : Suatu Saat, Kanker Mungkin Bisa Diobati dengan Kunyit

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau