Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Wanita Obesitas Lebih Rentan Terkena Kanker Payudara?

Kompas.com - 22/11/2017, 13:13 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - Kanker adalah salah satu penyakit yang menakutkan bagi manusia. Khususnya pada wanita, salah satu kanker yang paling dikhawatirkan adalah kanker payudara.

Sebuah penemuan terbaru yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Radiological Society of North America  mengungkapkan bahwa wanita yang mengalami obesitas lebih berisiko terkena kanker payudara.

Menurut Peneliti asal Swedia, alasannya karena mendeteksi benjolan kanker payudara yang belum membesar pada wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih susah.

Para peneliti juga mengatakan bahwa wanita dengan obesitas memerlukan mammogram lebih sering untuk membantu menemukan tumor lebih dini. Mammogram adalah alat khusus menggunakan energi radiasi untuk memantau perkembangan jaringan di payudara.

Baca juga: Kanker Paru, Mengapa Sulit Terdeteksi?

Penelitian dari Karolinska Institute, Swedia ini melibatkan 2.012 wanita yang menderita kanker payudara antara tahun 2001 hingga 2008. Para wanita tersebut melakukan mammogram setiap 18 bulan sampai 2 tahun, sebagai standar di Swedia.

Para peneliti melihat seberapa besar tumor yang didiagnosis serta indeks massa tubuh (BMI) para wanita tersebut, sebagai ukuran obesitas.

Mereka menemukan wanita yang kelebihan berat badan cenderung memiliki tumor yang lebih besar saat dideteksi dengan mammogram atau saat skrining.

"Ini mungkin karena payudara mereka lebih besar dan oleh karena itu tumor lebih sulit ditemukan, atau karena tumor mereka tumbuh pada tingkat yang lebih cepat," kata Fredrik Strand, penulis utama penelitian ini dikutip dari BBC, Senin (20/11/2017).

Tumor yang lebih besar cenderung membawa prognosis yang lebih buruk.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa ketika seorang dokter menyajikan pro-kontra skrining kanker kepada pasien, saat pasien memiliki BMI tinggi maka dokter harus pro skrining," ucap Strand.

"Selain itu, temuan kami menunjukkan bahwa wanita dengan BMI tinggi harus mempertimbangkan interval waktu yang lebih pendek untuk melakukan skrining," sambungnya.

Baca juga: Temukan Penanda Kanker, Dokter Indonesia Dapat Apresiasi Dunia

Namun, Sophia Lowes dari Peneliti Kanker Inggris yang tidak terlibat penelitian ini mengatakan bahwa temuan ini tidak memberi cukup bukti yang mendukung perubahan seberapa sering wanita melakukan skrining.

"Skrining payudara telah merugikan sebanyak manfaatnya," kata Lowes.

"Ini menyelamatkan nyawa dengan membantu mendeteksi kanker payudara pada tahap awal, namun merugikan termasuk beberapa wanita yang didiagnosis menderita kanker yang mungkin tidak akan pernah menyebabkan mereka mengalami masalah dalam hidupnya," sambung Lowes.

Ia juga mengatakan bahwa waktu di antara skrining dirancang untuk membantu manfaat yang lebih besar daripada bahaya secara keseluruhannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau