KOMPAS.com - Sebuah ungkapan mengatakan dunia tidak akan pernah berhenti berputar. Tapi faktanya, meski tidak benar-benar berhenti, sesekali pergerakan bumi melambat.
Pelambatan rotasi bumi ini berhubungan dengan aktivitas seismik (pergerakan lempeng atau patahan, red) yang memicu jumlah gempa dengan kekuatan M 7,0 atau bahkan lebih. Terutama di daerah tropis yang padat penduduk.
Hubungan antara rotasi bumi dan aktivitas seismik ini disoroti dalam sebuah makalah yang dipresentasikan bulan lalu pada pertemuan tahunan Masyarakat Geologi Amerika oleh Roger Bilham dari University of Colorado, Boulder dan Rebecca Bendick dari University of Montana, Missoula.
Dalam studi tersebut mereka menulis meski pelambatan gerak bumi hanya mengubah lama hari dalam hitungan milidetik setiap harinya, tapi hal ini berdampak pada pelepasan sejumlah besar energi inti di Bumi.
Baca Juga: Waspada, Gempa Seperti di Iran Juga Bisa Terjadi di Indonesia
"Rotasi bumi dan aktivitas gempa memiliki korelasi yang kuat dan berakibat pada peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat tahun depan," kata Bilham seperti dikutip dari Guardian, Sabtu (18/11/2017).
Studi ini mereka lakukan dengan meneliti katalog gempa selama 100 tahun terakhir yang berkekuatan M 7,0 atau yang lebih besar dari itu.
Peneliti menemukan lima periode di mana terjadi peningkatan jumlah gempa bumi berskala besar. Dalam periode tersebut gempa bumi besar bisa terjadi antara 25 hingga 30 kali dalam setahun.
Lantas mereka mencoba mencari korelasi antara periode aktivitas seismik dengan faktor lain, dan menemukan saat rotasi bumi sedikit menurun maka akan diikuti dengan periode peningkatan jumlah gempa bumi yang besar.
"Rotasi Bumi berubah sedikit, dalam hitungan mili detik dan itu bisa diukur dengan sangat akurat dengan menggunakan jam atom," kata Bilham.
Periode pelambatan rotasi ini menurut Bilham dan Bendick diikuti oleh periode peningkatan jumlah gempa bumi yang hebat lima tahun kemudian.
Dan kali ini periode pelambatan ini sudah dimulai sejak empat tahun yang lalu. Itu berarti tahun depan kita sudah bisa melihat peningkatan jumlah gempa bumi. Jika tahun ini hanya terjadi 6 gempa bumi, tahun depan kemungkinan bisa terjadi hingga 20 kali gempa atau tiga kali lipat lebih banyak.
Baca Juga: Gempa 6,4 SR Guncang Xizang, Ini Penjelasan BMKG
Sayangnya peneliti belum memprediksi di wilayah mana gempa ini akan terjadi. Meski begitu Bilham sempat melontarkan asumsinya jika gempa bisa terjadi daerah khatulistiwa, mengingat sebagian besar gempa bumi yang hebat terjadi dekat dengan wilayah itu.
Klaim tersebut tidak didukung ahli lainnya
Salah satu yang tidak mendukung kesimpulan penelitian Bilham dan Bendick adalah Otago Earthquake Science Group.
Hal itu diungkapkan oleh profesor Mark Stirling dari University of Otago.