Dengan melihat jumlah muon yang tiba di lokasi berbeda dalam piramida dan sudut di mana mereka melakukan perjalanan, Miroshima dan timnya memetakan rongga di dalam struktur kuno. "Apa yang mereka lihat cukup pasti," lanjut Morris.
Meski begitu, dibutuhkan pengeboran dan kamera untuk menentukan apakah rongga itu adalah ruang struktural atau kekosongan yang disebabkan oleh keruntuhan yang telah lama terlupakan.
Muon sendiri dipilih karena teknik ini tidak akan merusak sebuah situs sejarah, kata Peter Der Manuelian, seorang ahli sejarah Mesir di Harvard University.
Baca juga: Sinterklas Nyata, Arkeolog Klaim Temukan Makamnya
Pada tahun 1970, sebuah tim arkeolog yang dipimpin oleh Luis Alvares juga menggunakan radiografi muon untuk memetakan piramida Giza. Namun pada saat itu, mereka tidak mendeteksi adanya ruang baru.
Jika dikonfirmasi, ruangan ini akan menjadi temuan baru dari piramida agung setelah lebih dari satu abad.
"Saya berharap untuk bekerja sama dengan otoritas barang antik Mesir agar eksplorasi lebih lanjut bisa berjalan. Penelitian tentang piramida telah berlangsung lama sekali, jadi setiap kontribusi baru selalu merupakan tambahan yang menyenangkan untuk pengetahuan," ujar Manuelian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.