Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinterklas Nyata, Arkeolog Klaim Temukan Makamnya

Kompas.com - 05/10/2017, 21:06 WIB
Monika Novena

Penulis

KOMPAS.com -- Sinterklas, tokoh ikonis ketika hari Natal tiba ini diklaim nyata oleh arkeolog. Para arkeolog di Turki mengklaim telah menemukan lokasi peristirahatan terakhirnya.

Tokoh yang identik dengan baju dan tawa khasnya sendiri terilhami oleh Santo Nikolas, seorang uskup atau pemuka agama Katholik pada abad ke-4.

Setelah tiga bulan melakukan penyelidikan, arkeolog menyebut jika makam Sinterklas terletak di bawah gereja kuno di Turki Selatan.

(Baca juga: Arkeolog Temukan Makam Ahli Emas Kerajaan Mesir Kuno)

Arkeolog Turki menemukan sebuah tempat yang tampak seperti kuil dan sebuah pemakaman yang utuh di bawah Gereja Santo Nikolas di provinsi Antalya, kota Demre. Dulu, tempat ini dikenal sebagai Myra dan merupakan tempat di mana Santo Nikolas menjadi uskup.

"Kuil dalam kondisi baik," kata Cemil Karabayram, Direktur Survei dan Monumen di Antalya seperti dikutip dari Science Alert, Kamis (10/5/2017).

"Kami yakin belum ada kerusakan sejauh ini, tapi sulit untuk masuk karena ada batu-batu bermotif di tanah yang harus disingkirkan," tambahnya.

Sebelumnya, diperkirakan bila jasad Santo Nikolas telah dikirim ke kota Bari, Italia, oleh para pedagang Italia pada tahun 1087, sekitar 700 tahun setelah kematiannya.

(Baca juga: Berusia 1.700 Tahun, Makam Raja Suku Maya Ditemukan di Guatemala)

Menurut penafsiran tersebut, para pelaut menyelundupkan atau mencuri tulang-tulangnya untuk diawetkan ketika kota tersebut sering diserang oleh Seljuk Turki.

Namun menurut hipotesis arkeolog saat ini, tulang-tulang tersebut bukan milik Santo Nikolas, melainkan pastor anonim lain yang dimakamkan di gereja.

Dokumen yang dipelajari oleh tim menunjukkan jika Santo Nikolas justru dimakamkan di sebuah ruangan di bawah gereja yang belum tersentuh. Ruangan tersebut telah dideteksi menggunakan pemindai dan radar penetrasi darat.

Namun, beberapa mosaik di batu membuat bagian tersebut sulit diakses. Penggalian di masa depan tentunya akan membuktikan jika temuan mereka sah adanya.

Gereja St Nicholas di AntalyaAnadolu Agency/Getty Images Gereja St Nicholas di Antalya

"Kami telah memperoleh hasil yang sangat bagus, tetapi pekerjaan kami baru dimulai sekarang," kata Karabayram.

"Kita akan melakukan penggalian dan mungkin akan menemukan tubuh Santo Nikolas yang belum tersentuh," tambahnya.

Tentu saja, sampai penyelidikan lebih lanjut dilakukan, klaim tersebut tetap masih tidak berdasar, dan beberapa di antaranya memiliki keraguan.

"Spekulasi ini sangat dini. Jika memang ditemukan, tulang-tulang Santo Nikolas diperiksa oleh pakar internasional. Orang-orang Turki tentu tertarik untuk mempromosikannya sebagai bagian dari pariwisata," kata Carol Meyers, pengelola organisasi yang didedikasikan untuk warisan Santo Nikolas.

Meski masih diragukan, Karabayram masih meyakini pendapatnya bahwa Sinterklas sangat nyata.

"Mata dunia akan berada disini. Kami mengklaim bahwa Santo Nikolas berada di kuil tanpa kerusakan. Kami berada pada tahap terakhir (penggalian)," kata Karabayram optimis.

Jika para arkeolog benar, bisa jadi sejarah akan ditulis ulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau