Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja Melayu di Balik Ekspedisi Alfred Wallace di Asia Tenggara

Kompas.com - 17/10/2017, 12:02 WIB

Penelitian kami mengkombinasikan bukti-bukti yang ada (buku, catatan, jurnal, surat, dan sumber lainnya) untuk membawa Ali dan perannya dalam ekspedisi keluar dari bayang-bayang gelap.

Kunjungan kami ke Ternate pada 2013 di makam-makam tua Muslim, yang dikubur pada awal abad ke-20, tidak menemukan apa-apa karena kuburan tersebut sudah lenyap.

Riset kami berhasil menambah informasi tentang gaji Ali dan rencana perjalanan yang direkonstruksi untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Wallacea: Laboratorium Hidup Evolusi

Wallace secara terang-terangan menyatakan dia lebih percaya kepada Ali dibanding asistennya yang lain. Tapi Ali tetap sebuah bayangan dan karakternya kurang dikenal dalam cerita Wallace.

Beberapa koreksi terhadap cerita tradisional ditekankan, termasuk fakta bahwa Ali tidak sejak awal menjadi asisten pengumpulan spesimen.

Ali tidak berkelana dengan Wallace untuk semua pelayarannya, tapi meninggalkannya untuk setahun dan di beberapa tempat Ali tidak ikut. Dan Ali mungkin mengumpulkan mayoritas spesimen burung yang didapat Wallace.

Rute ekspedisi dari barat ke timur

Ali menemani Wallace sejak Desember 1855 di Sarawak, Borneo, hingga Februari 1862 ketika Wallace kembali ke Inggris dari Singapura.

Sejak April 1854 hingga Desember 1855, Wallace ditemani Allen masuk ke Sarawak, termasuk ke daerah pertambangan Si Munjon pada Maret 1855 saat keduanya bertemu orang utan.

Pada 10 Februari 1856, Wallace pergi dari Sarawak dan tak kembali lagi. Sedangkan Allen tetap di sana dan mencoba menjadi guru bagi misi Kristen.

Keputusan Allen meninggalkan tim, seperti ditulis oleh Wallace kepada saudara perempuannya, membuat Wallace harus mencoba dan mengajari remaja Cina untuk mengumpulkan dan mengawetkan serangga.

Wallace membawa Ali ke Singapura; mereka tiba di sana pada 17 Februari 1856 dan tinggal selama 96 hari.

Di sini, Ali sempat melihat harimau hidup, mungkin ditangkap di Bukit Timah pada 10 Mei, yang dipertontonkan di ruang publik.

Dari sana pengembaraan dimulai ke arah timur menuju Lombok dengan singgah di Bali selama dua hari. Selain Ali, Wallace juga membawa Manual Fernandez, orang Portugis dari Malaka, yang biasa menguliti burung. Mereka tiba di Lombok pada Juni 1856.

Perjalanan diteruskan ke Makassar dan Kepulauan Aru. Di Makassar, Ali sempat sakit dan demam dan Wallace mengobatinya. Saat itu, Ali sudah mulai terampil menguliti burung namun demam yang menyerangnya membuat proses pengumpulan spesimen berjalan lambat.

Di Kepulauan Aru, Ali mendapat kawan dari Makassar, Baderoon. Wallace menggambarkan Baderoon ini sebagai remaja lumayan andal berusia sekitar 16 tahun, tapi pemain judi yang putus asa.

Baca Juga: Jengah Tenar, Wallace Biarkan Darwin Publikasikan Evolusi

Kemudian Wallace memarahi Baderoon karena kemalasannya. Upah dari Wallace habis di meja judi, dan belakangan Baderoon menjadi budak karena terjerat utang judi. Baderoon lalu meninggalkan pekerjaannya.

Dalam situasi seperti ini, Wallace melihat Ali benar-benar sebagai orang baik dan dapat dipercaya untuk mencari burung dan mengulitinya.

Dari Kepulauan Aru, mereka sempat balik ke Maros, utara Makassar, dan pada November 1857 menuju Maluku dengan naik kapal uap Belanda. Perjalanan diteruskan ke Ternate pada awal Januari 1858.

Di kota ini, Wallace menulis esai tentang evolusi oleh seleksi alam dan mengirimkannya ke Charles Darwin. Esai ini yang mendorong Darwin untuk menuliskan teori evolusinya yang kemudian ditulis dalam buku "On the Origin of Species".

Pengembaraan mereka dilanjutkan ke Manokwari (April 1858), Ternate (Agustus 1858), Gilolo (Jailolo), Tidore, Kaioa (Kayoa), dan Batchian (Bacan) (Oktober 1858), Pulau Buru (Mei-Juli 1861), dan terakhir ke Ternate (Juli 1861) lagi. Pada periode ini ada masa di mana Ali tidak bersama Wallace.

Ini pengembaraan terakhir sebelum mereka menuju Manado, Makassar, dan Pulau Jawa dengan naik kapal uap. Mereka tiba di Surabaya pertengahan Juli 1861 dan sampai Jakarta pertengahan September tahun itu. Dua bulan kemudian, Wallace dan Ali tiba di Bangka, Sumatra. Dilanjutkan naik perahu ke Palembang dan tiba di Singapura pada Januari 1862.

Menjelang perpisahan, Wallace memberi uang, dua senapan laras panjang dan amunisinya, juga banyak alat lainnya yang dipakai berburu kepada Ali.

Untuk pertama kalinya, Ali memakai pakaian Eropa dengan jas dan dasi leher untuk diambil fotonya. Foto setengah badan itu masih tersimpan di Museum Sejarah Sains London.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com