Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Keahlian Penting yang Sering Dilupakan Dokter

Kompas.com - 19/08/2017, 21:06 WIB

KOMPAS.com -- Pengalaman sebagai pasien kanker usus mendorong Ben Bravery untuk menekuni dunia kedokteran sekaligus mengajarkan pentingnya membangun komunikasi antara dokter dengan pasien. Sayangnya, hal ini sering tidak dilakukan. Simak penuturan Ben Bravery mengenai pengalamannya tersebut:

Saya belum lama ini meminta agar prosedur pemeriksaan kesehatan diperiksa kembali jika kanker yang sudah saya jalani pengobatannya 6 tahun silam, kambuh kembali. Syukurnya, kanker itu sudah sembuh.

Pemeriksaan kanker saya itu melibatkan kamera untuk melihat pertumbuhan tidak normal di dalam perut saya.

(Baca juga: Kasus Prita, Cermin Buruk Komunikasi Pasien-Dokter)

Tapi, saat berbaring di meja operasi menunggu dibius, tiba-tiba saya menyadari dokter yang akan melakukan pembiusan itu tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu.

Saya pikir mungkin mereka akan berbicara denganku setelah operasi. Ternyata saya keliru. Mereka bahkan tidak mengucapkan "Halo" kepada saya.

Hubungan antara pasien dengan dokter sama tuanya dengan pengobatan itu sendiri.

Meskipun banyak sekali kemajuan di bidang obat-obatan, teknik operasi dan pemindaian, proses penyembuhan selalu diawali dengan sebuah percakapan.

Namun tetap saja, aspek mendasar dari keahlian seorang dokter yang satu ini sering kali diabaikan dalam pelatihan mereka.

(Baca juga: Heboh, Dokter Tolak Pasien Berasuransi karena Takut Dosa Riba)

Saya tahu hal itu karena saya sendiri adalah mahasiswa kedokteran.

Perjalanan saya di bidang kedokteran berawal dengan diagnosis kanker usus ketika saya berusia 28 tahun.

Tapi, pengetahuan kedokteran saya berkembang seiring dengan rasa frustasi mengenai hal seperti cara berkomunikasi dokter dengan pasien yang tidak cukup sering dibahas oleh para dokter. Seharusnya hal itu tidak boleh mereka lakukan.

Keahlian penting

Mendapatkan riwayat medis - pencatatan kondisi pasien dari gejala sampai kebiasaan - merupakan 70 persen dari usaha mendiagnosis penyakit seseorang.

Tapi, seperti yang saya temukan dalam hampir tiga tahun di sekolah kedokteran, mahasiswa begitu sibuk dengan buku teks, dan hanya punya sedikit waktu untuk mengasah sesuatu yang sebenarnya merupakan senjata terpenting seorang dokter, yaitu seni membangun sebuah percakapan.

"Saya tidak menganggap komunikasi sebagai soft skill. Saya menganggapnya sebagai kemampuan yang sangat penting," demikian dikatakan Associate Professor Stuart Lane, spesialis perawatan intensif di RS Nepean Hospital dan Kepala Kajian Klinis dari Fakultas Kedokteran Sydney University.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau