Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Keahlian Penting yang Sering Dilupakan Dokter

Kompas.com - 19/08/2017, 21:06 WIB

Sebuah studi pada tahun 2005 di sebuah rumah sakit di New York, menemukan bahwa kurang dari setengah pasien yang dipulangkan dari rumah sakit mengetahui diagnosis mereka.

Penelitian lain dari Universitas Chicago menunjukan tidak sampai satu dari lima pasien di rumah sakit dapat menyebutkan nama dokter yang bertanggung jawab atas perawatan mereka.

Saya kira kondisinya sama dengan di Australia.

Teman sekelas saya, Rachel Langford, mengatakan seorang pasien datang untuk menjalani sebuah tes, tetapi dia tidak mengerti alasan mengapa dia harus melakukan tes itu.

"Mereka tidak mengerti apa yang mereka harus jalani atau mengapa tidak ada yang menceritakannya pada mereka," katanya.

Kabar baiknya, ada beberapa tanda menggembirakan kalau situasinya secara perlahan-lahan mulai berubah.

Para dokter yang mempersiapkan diri mengikuti ujian akhir pada kedokteran gawat darurat misalnya, sekarang berlatih berkomunikasi dengan pasien karena keterampilan ini biasanya akan diperiksa.

Dokter anak yang sedang menjalani masa magang sering diminta melakukan permainan dalam memberikan penjelasan yang khas kepada orangtua. Misalnya, apa yang terlibat dalam pengambilan sampel cairan dari tulang belakang bayi yang baru lahir.

Hal ini merefleksikan betapa berkomunikasi dengan pasien sama berharganya bagi para dokter dengan menilai tes diagnostik dan perawatan yang baru.

Dari sisi pasien

Tapi proses komunikasi itu dua arah. Pasien juga harus bersikap terbuka dalam melakukan dialog dengan dokter.

Untuk membantu proses ini, Dr Ofri menyarankan:

  1. Tentukan lebih dahulu tujuan pertemuan dengan dokter, dengan membuat daftar masalah yang hendak didiskusikan dan buat prioritas dari daftar itu.
  2. Berlatih dan perbaiki apa yang hendak Anda sampaikan sehingga dapat menggunakan waktu yang terbatas secara efisien.
  3. Jika dokter memotong pembicaraan Anda, mintalah sedikit waktu tambahan sehingga pertanyaan Anda dapat terjawab.
  4. Jangan takut untuk meminta klarifikasi

Hal ini membuat saya bertanya-tanya, ketika menjalani pemindaian usus atau colonoscopy, apakah seharusnya saya lebih kritis dan meminta bertemu dengan dokter tersebut terlebih dahulu sebelum obat bius mulai disuntikan ke lengan saya?

Saya pasien yang berpengalaman dan juga seorang mahasiswa kedokteran, dan biasa bekerja di rumah sakit.

Jika saya saja tidak memiliki keberanian seperti itu, bagaimana orang lain tanpa latar belakang seperti saya dapat memberitahu dokter mengenai apa yang sebenarnya mereka inginkan dan rasakan?

Ada beberapa hal yang dapat pasien lakukan untuk membantu terbangunnya komunikasi yang baik dengan dokter. Namun, saya meyakini tanggung jawab tersebut tetap dimulai dari pihak dokter.

Dan tentu saja hal itu harus diawali dengan sebuah sapaan sederhana "halo!"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau