BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan MSD Indonesia

Pengobatan Kanker Paru, Lebih Efektif Kemoterapi atau Imuno Onkologi?

Kompas.com - 16/12/2019, 08:07 WIB
Alek Kurniawan,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Indonesia menjadi negara dengan penderita kanker paru terbanyak di kawasan Asia Tenggara. Data terbaru dari International Agency for Research on Cancer (IARC), Global Cancer Observatory 2018 menyatakan hal tersebut.

Tercatat, penderita kanker paru di Indonesia sebanyak 30.023 jiwa dengan angka kematian mencapai 26.095 jiwa. Pada posisi kedua, Thailand menyusul dengan jumlah 23.957 jiwa dan angka kematian sebesar 21.371 jiwa.

Selanjutnya, di posisi ketiga ada Vietnam dengan penderita kanker paru mencapai 23.667 jiwa dan sejumlah 20.710 jiwa berakhir dengan tutup usia.

Bila pencegahan dan pengobatan kanker paru tidak ditangani secara serius, bukan tidak mungkin penderita dan jumlah kematian akibat kanker paru di berbagai negara, khususnya Indonesia akan semakin meningkat.

Baca juga: Bukan Perokok, Mungkinkah Terserang Kanker Paru?

Segala metode penyembuhan pun tersedia untuk mengobati kanker paru, yang paling umum dikenal adalah kemoterapi.

Menyadur artikel Kompas.com, Jumat (14/8/2015), Terapi ini menggunakan sejumlah obat untuk membunuh sel kanker atau menghentikannya tumbuh dan menyebar ke bagian tubuh lain.

Ilustrasi pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru.SHUTTERSTOCK Ilustrasi pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru.

Ada beberapa jenis obat yang dipakai dalam kemoterapi dan masing-masing akan menghancurkan atau menyusutkan sel kanker dengan cara berbeda. Obat tersebut bisa dalam bentuk suntikan atau pil.

Untuk membantu tubuh mendapatkan kembali kekuatan dan menumbuhkan sel baru yang sehat, pasien diharuskan mengonsumsi obat selama beberapa waktu. Dosisnya pun ada dalam bentuk konsumsi harian, mingguan, atau bulanan. Hal ini tergantung pada tipe kanker dan tingkatnya.

Baca juga: Kanker Paru Sulit Dideteksi, tapi Gejalanya Patut Dicurigai

Kendati demikian, metode pengobatan kemoterapi memiliki beberapa efek samping.

Efek samping muncul karena obat-obatan yang dikonsumsi tidak memiliki kemampuan membedakan sel kanker yang berkembang pesat secara abnormal dengan sel sehat yang secara normal juga memiliki perkembangan pesat, seperti sel darah, sel kulit, serta sel-sel yang ada di dalam perut.

Adapun beberapa efek samping yang dialami pasien di antaranya rambut rontok, nyeri di sebagian tubuh, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, sesak napas, kelainan detak jantung, dan merasakan lelah serta lesu sepanjang hari.

Ilustrasti pengobatan imuno onkologi.SHUTTERSTOCK Ilustrasti pengobatan imuno onkologi.

Imuno onkologi

Selain pengobatan kanker melalui kemoterapi, ada pula pengobatan dengan metode imuno onkologi.

Imuno onkologi atau imunoterapi adalah salah satu inovasi terbaru dalam industri kesehatan, terutama terkait pengobatan kanker paru.

Pada 2015, metode pengobatan itu masuk ke Indonesia untuk membantu meningkatkan kualitas hidup pasien kanker paru-paru stadium akhir dengan memulihkan fungsi sistem kekebalan tubuh sehingga dapat mengenali dan membunuh sel-sel kanker.

Baca juga: Imunoterapi untuk Kanker Paru Kini Tersedia di Indonesia

Melansir Kompas.com, Jumat (16/6/2017), imuno onkologi merupakan pengobatan kanker yang bertujuan mencegah interaksi antara sel T milik sistem imun dan tumor.

Saat tumor dan sel T berinteraksi, sebuah protein di tumor yang disebut Programmed Death-Ligand 1 (PD-L1) melumpuhkan sel T sehingga sel-sel imun segera mendeteksi dan membunuh sel-sel kanker.

Dengan penanganan tepat, pasien yang melakukan terapi dengan imuno onkologi cenderung memiliki harapan hidup yang lebih panjang dibandingkan pasien yang menjalani pengobatan kemoterapi.

Sudah banyak riset imuno onkologi yang dilakukan, salah satunya adalah riset yang diterbitkan University of Wollongong, Australia pada 2019.

Baca juga: Mengenal Imunoterapi, Pengobatan Terkini Kanker Paru

 

Riset tersebut menyatakan rata-rata tingkat harapan hidup (median overall survival rate) terapi imuno onkologi dapat mencapai hingga 30 bulan.

Angka tersebut lebih tinggi sekitar 88 persen dibandingkan dengan rata-rata tingkat harapan hidup pasien dari kemoterapi yang hanya mencapai 14,2 bulan.

Di sisi lain, pasien kanker paru yang menjalani terapi imuno onkologi juga cenderung mengalami efek samping yang lebih ringan dibanding kemoterapi, contohnya rasa lelah dan mual yang ringan.

Untuk mengenal metode imuno onkologi lebih mendalam, silakan kunjungi laman www.lawankankerdaridalam.com.


Terpopuler

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau