KOMPAS.com - Perban biasanya digunakan untuk membalut luka, tetapi berbeda dengan perban pintar yang diciptakan sekelompok ilmuwan dari China ini.
Melansir Science Alert, Jumat (31/1/2020), para ilmuwan ini mengembangkan smart bandage atau perban pintar yang dapat memberikan sinyal adanya infeksi bakteri.
Perban ini jadi semacam lampu lalu lintas. Saat diketahui ada suatu bakteri, maka perban tersebut akan melepaskan jenis obat yang tepat untuk mengobati infeksi yang terdeteksi.
Diharapkan, melalui perban pintar ini, ke depan dapat membantu melawan resistensi antibiotik. Selain itu, dapat menyembuhkan luka lebih cepat.
Seperti apa cara kerjanya?
Baca juga: Musim Hujan, Waspada Flu dan Infeksi Bakteri Mematikan
Mengadopsi ide dari lampu lalu lintas, perban ini akan berwarna hijau saat bakteri tidak terdeteksi atau dapat juga berarti bakteri dengan konsentrasi rendah.
Sedangkan warna kuning, akan menandakan bakteri sensitif obat atau drug-sensitive (DS) dan responsif terhadap antibiotik standar.
Nantinya, perban i ni akan melepaskan antibiotik untuk mengobati infeksinya.
Namun, ketika perban pintar ini berubah menjadi merah, maka akan menjadi sinyal bakteri yang terdeteksi yakni kebal obat atau drug-resistant (DR).
Tentunya, bakteri ini memerlukan bantuan ekstra untuk memusnahkannya. Semakin kuat warnanya, maka semakin tinggi konsentrasi bakteri tersebut.
Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Era Awal Antibiotik dari Cawan Bakteri
Perban pintar ini telah diujikan pada seekor tikus. Para peneliti berhasil mengobati infeksi DS dan DR dari bakteri Escherichia coli (E.coli) dengan metode baru tersebut.
Jika resistensi obat terdeteksi, maka sinar cahaya yang intens dapat digunakan untuk mengaktifkan pelepasan oksigen yang sangat reaktif untuk melemahkan bakteri.
Antibiotik akan dilepaskan segera setelah bakteri tersebut terdeteksi.
Oleh karena resistensi antibiotik juga dapat ditangkap, artinya perawatan tambahan dapat diterapkan sebelum bakteri memiliki kesempatan untuk bermutasi.
"Merasakan infeksi bakteri dan pemantauan resistensi obat sangat penting untuk memilih jenis pengobatan yang tepat," tulis para peneliti dari Chinese Academy of Science dalam makalah yang dipublikasikan di ACS Central Science.