Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Terobosan Signifikan", Ahli Duplikat Virus Corona untuk Tangani Wabah

Kompas.com - 29/01/2020, 11:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Berkat duplikat virus ini, para dokter bisa mengembangkan tes pra-diagnosis yang bisa mendeteksi keberadaan virus pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala apapun.

Pemimpin tim ilmuwan, Julian Druce berkata, timnya sudah bekerja keras untuk memahami lebih banyak tentang Novel coronavirus yang telah merenggut 106 nyawa di China dan menginfeksi lebih dari 4.200 orang di seluruh dunia.

"Kami mengamati selama 10-12 jam, baru selesai pukul 2.00 pagi. Kami telah merancang dan merencanakan latihan seperti ini selama beberapa tahun. Inilah yang dibangun Doherty Institute," kata Druce.

"Karena sudah berlatih sejak lama, kami bisa mendapat hasilnya pada Jumat. Ini untuk diagnosis, deteksi, penguruta, dan isolasi pasien," imbuhnya.

Berbahaya, tapi tidak usah khawatir

Catton yang merupakan ahli patologi mengatakan, 2019-nCoV adalah virus tingkat tiga.

"Itu berdasarkan pemahaman kami tentang SARS dan MERS, yang merupakan sepupu dekat 2019-nCoV," kata Catton.

Virus tingkat tiga artinya, virus tersebut berbahaya. Namun tidak semematikan virus Ebola.

Catton mengatakan, diagnosa awal virus corona 2019-nCoV penting dilakukan untuk memberi otoritas kesehatan di seluruh dunia agar bisa menaham penyebarannya.

"Saya masih mengatakan, virus ini (2019-nCoV) berbahaya. Tapi tidak usah khawatir," katanya.

Pasalnya, virus corona 2019-nCoV tidak memiliki tingkat kematian sebanyak SARS.

"SARS tingkat kematiannya 10 persen. Kalau Virus corona yang baru ini, tampaknya 3 persen. Menurut saya, ini artinya tingkat kematian 2019-nCoV lebih rendah dibanding SARS," jelasnya.

Baca juga: Mana yang Lebih Berbahaya: Virus Corona Wuhan, SARS, atau MERS?

Pihak berwenang China mengatakan virus ini—seperti flu pada umumnya—bisa menyebar selama periode inkubasi.

Namun WHO menyatakan belum jelas apakah virus yang berada pada satu orang bisa menjangkiti orang selanjutnya sebelum gejala-gejala pada orang pertama muncul.

"Tes antibodi akan memampukan kami untuk menguji pasien-pasien terduga sehingga kami bisa mengumpulkan gambaran lebih akurat seberapa luas sebaran virus ini dan, konsekuensinya antara lain, [mengetahui] jumlah kematian yang sesungguhnya," kata Dr Catton dilansir BBC News.

"Tes ini juga akan membantu dalam penilaian tingkat efektivitas vaksin-vaksin yang diuji coba."

Menurut WHO, periode inkubasi virus corona yang baru berkisar antara dua hingga 10 hari.

Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus virus corona di China meningkat pesat meski aparat telah berupaya membendung penyebarannya, antara lain menutup Kota Wuhan di Provinsi Hubei—tempat asal-mula virus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com