Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curah Hujan Lebih Deras, BMKG Sebut Pemicunya Perubahan Iklim

Kompas.com - 03/01/2020, 13:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Bencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Jakarta dan Jawa Barat menjadi perhatian kita semua.

Menurut analisis data BMKG, banjir kemarin disebabkan oleh cuaca ekstrem yang lebih parah dibanding banjir pada 2015 dan 2017. Perbedaan ini utamanya disebabkan oleh perubahan iklim.

Dalam siaran pers BMKG, disebutkan bahwa banjir pada 2015 dan 2017 dipicu oleh curah hujan ekstrem dengan intensitas lebih dari 150 mm/hari.

Sementara untuk intensitas curah hujan saat tahun baru kemarin, data dari beberapa titik pengukuran menunjukkan angka yang lebih besar.

Untuk kawasan Bandara TNI AU Halim Perdana Kusuma, intensitas curah hujan pada malam pergantian tahun 377 mm/hari. Di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) 335 mm/hari, Kembangan 265 mm/hari, Pulo Gadung 260 mm/hari, Jatiasih 260 mm/hari, Cikeas 246 mm/hari, dan Toman 226 mm/hari.

Baca juga: Jabodetabek Banjir, BMKG Sebut Ini Baru Permulaan Musim Hujan

"Curah hujan 377 mm/hari di Halim PK merupakan rekor baru curah hujan tertinggi sepanjang ada pencatatan hujan di Jakarta dan sekitarnya sejak pengukuran pertama kali dilakukan tahun 1866 pada zaman kolonial Belanda," kata Herizal, Deputi Bidang Klimatologi BMKG dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (3/1/2020).

Jika dibandingkan dengan pengkajian data historis curah hujan harian selama 150 tahun (1866 – 2015), BMKG menyebut ada kesesuaian tren antara semakin seringnya kejadian banjir besar di Jakarta dengan peningkatan intensitas curah hujan ekstrem tahunan, seperti yang terjadi 1 Januari 2020.

"Di wilayah Jabodetabek (data 43 tahun terakhir), curah hujan harian tertinggi per tahun mengindikasikan tren kenaikan intensitas 10 sampai 20 mm per-10 tahun," imbuhnya.

Analisis statistik ekstrem data series 150 tahun Stasiun Jakarta Observatory BMKG untuk perubahan risiko dan peluang terjadinya curah hujan ekstrem penyebab kejadian banjir dengan perulangan sebagaimana periode ulang kejadian 2014, 2015 (termasuk bila kejadian 2020 diperhitungkan) di Jakarta, menunjukkan peningkatan 2-3 persen bila dibandingkan dengan kondisi iklim 100 tahun lalu.

Hal ini menandakan hujan-hujan besar yang dulu jarang terjadi, pada kondisi iklim saat ini lebih berpeluang sering muncul. Peristiwa ini salah satunya dipicu oleh perubahan iklim.

Harizal menyebut, berdasar pengukuran dan pencatatan, curah hujan ekstrem awal tahun 2020 kemarin di Jakarta merupakan salah satu kejadian paling ekstrem.

Dalam peristiwa banjir bandang awal tahun baru kemarin, disebut BMKG bahwa ini adalah hasil dari curah hujan ekstrem tertinggi sejak 1866.

Macet Karena Banjir -- Jalan-jalan di Kawasan Grogol dan Pluit di daerah Penjaringan, Jakarta Utara, macet total pada Rabu siang, 16 Januari 1985, karena tergenang air yang merendam beberapa bagian Ibukota sejak Selasa akibat hujan yang mengguyur Jakarta. KOMPAS/JB SURATNO Macet Karena Banjir -- Jalan-jalan di Kawasan Grogol dan Pluit di daerah Penjaringan, Jakarta Utara, macet total pada Rabu siang, 16 Januari 1985, karena tergenang air yang merendam beberapa bagian Ibukota sejak Selasa akibat hujan yang mengguyur Jakarta.

Tak hanya Jakarta

Saat hujan mengguyur wilayah Jabodetabek dan sekitarnya pada 31 Desember 2019 sore hingga 1 Januari 2020 pagi, dampaknya banjir cukup luas dan hampir merata.

Setidaknya 16 orang dikabarkan meninggal dan lebih dari 31.000 orang mengungsi dari 158 kelurahan yang terdampak.

Wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat tercatat sebagai wilayah yang memiliki kelurahan paling banyak terdampak, yakni sejumlah 65 dan 30 kelurahan.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau