Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jabodetabek Banjir, BMKG Sebut Ini Baru Permulaan Musim Hujan

Kompas.com - 03/01/2020, 11:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Meskipun banjir sudah melanda wilayah Jabodetabek dan sekitarnya, tetapi bukan berarti Indonesia sudah memasuki puncak musim hujan.

Kasubbid Analisis Informasi Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Adi Ripaldi, menegaskan bahwa puncak musim hujan belum terjadi.

Adapun puncak mucim hujan, kata Adi, dicirikan dengan periode hari hujan yang intens dan kumulatif curah hujan yang maksimum pada periode III dasarian (30 hari) atau satu bulan.

Puncak musim hujan diprediksi baru terjadi pada bulan Februari dan Maret.

Sementara itu, pada bulan Desember menjelang awal Januari ini, dari pantauan dinamika atmosfer dan laut, kondisinya baru mencirikan kondisi permulaan musim hujan.

Baca juga: Hingga 3 Hari ke Depan, Jabodetabek Masih Berpotensi Hujan

"Di mana angin baratan (monsun Asia) sudah mulai stabil bertiup dari Asia Pasifik menuju Australia melewati Indonesia," kata Adi kepada kompas.com, Jumat (3/1/2020).

Monsun Asia itu sendiri pada umumnya aktif berasosiasi dengan periode musim hijan di Indonesia yaitu bulan November-Mei.

Selain itu, masa udara dari laut Hindia yang mulai hangat, mulai menyumbang penguapan atau awan-awan hujan di atas Pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara.

"Periode musim hujan masih akan berlangsung hingga Mei 2020," ujarnya.

Masih menurut Adi, ada beberapa gangguan atau fenomena pada periode musim hujan ke depan masih mungkin terjadi seperti berikut.

- Masih ada kemungkinan siklon atau badai tropis di selatan atau sekitar Australia.

- Masih ada siklis Madden Julian Oscillation (MJO).

- Cold Surge (Seruakan Dingin Asia).

Baca juga: Musim Hujan, Waspada Flu dan Infeksi Bakteri Mematikan

"Fenomena-fenomena cuaca di atas masih sangat mungkin terjadi di periode musim hujan," kata dia.

Hal inilah yang secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap cuaca dan iklim di Indonesia yang bisa memicu terjadinya cuaca ekstrem seperti hujan deras, angin kencang, puting beliun, gelombang tinggi pada periode tertentu.

"Kita tidak bisa bicara bahwa (cuaca dan kondisi) akan lebih buruk ke depan, tetapi lebih baik prepare for the worst and wish for the best (bersiap untuk yang terburuk dan berharap untuk yang terbaik)," tuturnya.

Untuk itu, ditegaskan Adi, perlu waspada dan siaga selama periode musim hujan untuk mengurangi risiko atau dampak bencana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau