KOMPAS.com - Sekitar 13.000 anak usia di bawah lima tahun mengidap TBC setiap tahun di seluruh dunia. Ironisnya, hanya 500 anak yang menjalani perawatan dan pengobatan dengan tepat.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Global Drug Facility (GDF), Dr Brenda Waning dalam sebuah acara bertajuk Global Plan Stop TB Partnership, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
"Padahal TBC (pada anak) bisa sangat fatal kalo tidak ditangani," kata dia.
Ini karena daya tahan tubuh atau sistem imun pada bayi dan anak-anak lebih lemah daripada orang dewasa. Mereka sangat rentan terpapar kuman jahat yang dapat memicu berbagai penyakit lainnya.
Dokter spesialis anak di Haitian Global Health Alliance of Gheskio dr. Vanessa Rouzier berkata, TBC pada anak lebih susah untuk didiagnosa.
"Sayangnya sangat sulit untuk mendiagnosa TBC pada anak-anak, lebih mudah (mendiagnosa TBC) pada orang dewasa," kata dia.
Untuk diketahui, salah satu cara mendiagnosa TBC adalah dengan menguji dahak pasien.
Hasil tes laboratorium akan menunjukkan hasil positif atau negatif TBC.
Namun, ketika anak-anak sedang mengalami batuk, tim medis terkadang sulit mendapatkan dahaknya.
Karena alasan tersebutlah, diagnosis TBC pada anak disebut sulit.
"Orang dewasa itu kalau batuk dapat dahak bisa diambil dan dites, TBC atau bukan. Tapi kalau bayi atau anak-anak, saat batuk, dahaknya biasanya ditelan lagi," ujarnya.
Apa yang harus dilakukan?
Jika Anda memiliki bayi atau anak yang mengalami batuk tak kunjung sembuh disertai demam, Vanessa menganjurkan untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit, dokter akan memasukkan selang khusus ke mulut anak untuk mengambil dahaknya.
Beberapa gejala TBC lain yang harus diwaspadai, anak atau bayi mengalami batuk, demam, tubuh selalu menggigil, serta sakit di sebagian tubuhnya.