Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaga Bumi, LIPI Tawarkan Konversi Biomassa Ganti Bahan Bakar Fosil

Kompas.com - 16/12/2019, 09:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Proses pengelolaan produk berbahan dasar fosil semakin mengkhawatirkan. Hal ini berdampak pada perubahan iklim dan pengasaman laut dunia secara massal.

Segala upaya mencari alternatif dari bahan baku fosil terus dilakukan oleh para peneliti, termasuk salah satunya peneliti Biomaterial Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof. (Ris) Dr. Ir Euis Hemiati, M.Sc.

Menurut Euis, teknologi konversi biomassa menjadi bioethanol dan bioproduk adalah salah satu upaya untuk substitusi produk berbahan baku fosil.

Hal ini mengingat bahwa kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia terus mengalami peningkatan dari 67,5 juta kL (2015) menjadi 74 juta kL (2018).

Baca juga: Emisi Bahan Bakar Fosil Memicu Pengasaman Laut Sejak 1880

"82 persen kebutuhan energi dunia saat ini dipenuhi dari sumber daya asal fosil. Sementara Indonesia mempunyai sumber daya biomassa yang melimpah yang dapat digunakan sebagai pengganti produk berbahan baku fosil," kata Euis.

Konversi biomassa

Dijelaskan Euis, biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari makhluk atau organisme hidup. Konversi biomassa terdiri dari proses praperlakuan, hidrolisis dan fermentasi.

Biomassa yang digunakan yaitu berupa bagas tebu, daun tebu, tandan kosong kelapa sawit, pelepah kelapa sawit, jerami padi, bagas sorgum, dan tongkol jagung.

Penelitian praperlakuan menunjukkan kombinasi pemanasan gelombang mikro dengan asam (khususnya asam organik) memberikan hasil perolehan gula yang terbaik.

Waktu yang dibutuhkan lebih singkat (3-5 menit) dengan hasil fraksi turunan hemiselulosa yang dapat diolah untuk menghasilkan produk seperti furfural dan xilitol.

Pengembangan tekonlogi hidrolisis untuk menghasilkan gula meliputi proses hidrotermal dengan pemanasan gelombang mikro dan karbon aktif, proses termokimia dengan asam, karbon akitf dan pemanasan gelombang mikro serta proses enzimatis dengan penambahan surfaktan.

Selanjutnya, dilakukan proses fementasi menggunakan khamir.

Hasilnya, bioethanol dapat digunakan untuk substitusi bensin, industry farmasi, kosmetika, cat, detergen, tinta dan polimer.

Limbah pertanian, perkebunan dan kehutanan ataupun industry pengolahan komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan dan lain-lain merupakan sumber yang potensial untuk menghasilkan energi dan berbagai bioproduk.

Sementara, bioproduk yang dapat disintesis menjadi poli asam laktat, lignin yang dapat disintesis menjadi perekat, serta lignosulfonat, biosurfaktan dan xilitol untuk bahan pemanis.

Untuk diketahui, potensi etanol yang dapat dihasilkan di Indonesia adalah 4,4 juta kL, xilitol 1,4 juta ton, dan lignin 3,8 juta ton.

Baca juga: Awal Musim Hujan Mundur, Benarkah Terkait Perubahan Iklim?

Teknologi konversi biomassa untuk menghasilkan bioethanol dan bioproduk memang menjadi semakin penting.

Namun, kata Euis, pemanfaatan produk-produk tersebut secara komersial masih terkendala beberapa hal.

Seperti skala produksi, lokasi keberadaan bahan yang tersebar, kualitas bahan yang tidak seragam dan keekonomisannya, sehingga masih perlu dikaji lebih lanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau