Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langit Australia adalah "Rumah" Bagi Awan Langka yang Unik

Kompas.com - 01/01/2019, 18:33 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis


KOMPAS.com - Australia adalah rumah bagi salah satu fenomena meteorologi paling langka di dunia, mungkin masih sedikit orang yang mendengarnya.

Fenomena meteorolgi yang dimaksud adalah pembentukan awan yang dikenal dengan nama "morning glory". Awan ini berbentuk asap cerutu yang panjangnya bisa mencapai 1.000 kilometer.

Uniknya, awan morning glory hanya bisa dilihat di sebuah kota yang terletak di sekitar teluk Carpentaria, barat laut Queensland, hanya pada bulan September sampai November.

Kalau Anda mengira ini adalah lubang transportasi alien, mungkin pikiran itu harus dibuang jauh. Pasalnya, ini adalah fenomena alami yang masih belum jelas diketahui bagaimana terciptanya.

Baca juga: Kaleidoskop 2018: 8 Fenomena Langka Alam Liar Sepanjang Tahun

"Apa yang menyebabkan awan ini panjang dan aneh belum ada yang bisa memastikan," tulis NASA di situs APOD pada 2009.

Sejauh ini yang baru diketahui adalah kondisi cuaca di sana. Bentuk awan menggulung yang ikonik itu mungkin disebabkan penurunan suhu, lonjakan tekanan, dan angin laut yang kencang.

Disebabkan oleh ketiga hal itu, udara di sekitar tepian awan depan bergerak dengan cepat sementara udara di bagian belakang menurun sehingga menggulung awan jadi berbentuk silinder yang rapi.

Dilaporkan Science Alert, Senin (31/12/2018), 10 awan seperti ini bisa melintasi langit di satu waktu dan memanjang sekitar 2 kilometer di atas tanah.

"Awan berbentuk tabung yang panjang, horisontal, dan bersikulasi mungkin terbentuk saat udara yang mengalir itu lembab dan dingin, kemudian bertemu lapisan inversi, lapisan atmosfer di mana suhu udara meningkat secara atipikal dengan ketinggian," tulis NASA.

"Awan tabung dan udara di sekitarnya dapat menyebabkan turbulensi berbahaya bagi pesawat," sambung NASA.

Baca juga: Langka tapi Nyata, Seekor Belut Terjebak dalam Hidung Anjing Laut

Awan morning glory memiliki kecepatan 10 sampai 20 meter/detik atau sekitar 60 kilometer/jam untuk menumbuhkan awan baru di ujungnya.

Namun, para ahli masih belum sepenuhnya memahami kondisi cuaca yang berdampak pada awan. Pembentukannya dikaitkan dengan kelembaban udara di daerah tersebut dan angin laut kuat yang melintasi Teluk Carpentaria setiap musim semi antara akhir September sampai awal November.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com