KOMPAS.com - Salah satu yang harus dihadapi petani selagi musim tanam tiba adalah hama. Berbagai macam serangga akan datang dan menggerogoti sekitar 20 persen tanaman.
Namun, dalam sebuah laporan yang baru terbit di jurnal Science, Kamis (30/8/2018), ahli menemukan sebagian besar serangga jadi lebih rakus selama pemanasan global. Mereka seperti hewan kelaparan yang bakal menggerogoti apa pun di depannya.
Hal ini tanpa disadari mungkin akan mendorong para petani untu menyemprotkan lebih banyak pestida. Hasilnya, serangga mati tapi muncul kerusakan lingkungan lainnya.
Baca juga: Tembikar Ungkap Cara Manusia Purba Bertahan dari Perubahan Iklim
Menurut ahli, untuk setiap derajat Celsius yang naik akan membuat jumlah gandum, jagung, dan beras yang hilang meningkat 10 hingga 25 persen gara-gara dimakan serangga.
"Ibaratnya, serangga telah memakan satu dari delapan loyang (bahan) roti sebelum sempat dibuat," kata Curtis Deutsch, profesor oseanografi kimia di University of Washington dan penulis penelitian, dilansir The New York Times, Kamis (30/8/2018).
"Kalau suhu pemanasan global naik empat deraat, artinya serangga bakal memakan dua dari delapan loyang (bahan) roti kita," imbuhnya.
Meningkatnya suhu akan membuat sistem metabolisme serangga lebih cepat bekerja dan akhirnya membuat mereka makan lebih banyak. Siklus hidup serangga juga menjadi lebih cepat, sehingga membuat mereka bereproduksi lebih cepat.
Kedua hal tersebut akan sangat berpengaruh dalam mengurangi hasil panen, padahal populasi manusia juga terus meningkat.
Untuk membuktikan perkiraan mereka, Dr. Deutsch dan timnya memakai model statistik untuk mensimulasikan efek pemanasan global pada sistem metabolisme dan reproduksi serangga.
Tim menggunakan sampel gandum, jagung, dan padi karena ketiganya bertanggung jawab pada 42 persen dari kalori yang dikonsumsi manusia.
Baca juga: 10 Hal dari Perubahan Iklim Ini Memperburuk Kasus Kebakaran Hutan
Menurut Deutsch, kehilangan bahan makanan karena serangga sudah menjadi kerugian yang besar.
Dengan perkembangan serangga yang semakin menjadi, mungkin hanya akan membuat petani memutuskan untuk memakai lebih banyak pestisida. Padahal keputusan ini juga sama buruknya, semakin banyak pestisida yang dipakai maka akan semakin banyak kerusakan lingkungan yang terjadi.
Selain itu, pestisida dapat secara tidak sengaja membahayakan organisme lain dan beberapa studi telah mengaitkan pestida dengan masalah kesehatan manusia.
Dibanding memakai pestisida, Dr. Deutsch menyarankan untuk mengurangi secara drastis tingkat gas rumah kaca yang dipancarkan manusia.
"Jika Anda ingin menyelesaikan masalah besar, Anda harus mencabut akarnya," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.