KOMPAS.com - Beberapa kebakaran hutan kembali terjadi. Di Indonesia yang paling menyita perhatian publik adalah kebakaran hutan savana di Gili Lawa, Pulau Flores, NTT.
Tak hanya itu, beberapa negara dunia juga mengalami masalah yang sama.
Bahkan, kasus kebakaran hutan di dunia meningkat cukup tajam.
Melihat hal tersebut, para ilmuwan mempelajari bagaimana beberapa hal dari pemanasan global turut memperkuat masalah kebakaran hutan.
"Pasien itu sudah sakit," ungkap David Bowman, ahli api dikutip dari Phys.org, Rabu (08/08/2018).
Pasien yang dimaksud oleh Bowman adalah kasus kebakaran hutan yang terjadi di dunia.
"Tapi perubahan iklim memperburuknya," sambung profesor biologi perubahan lingkungan di University of Tasmania itu.
Menurut Bowman, ada 10 hal dari perubahan iklim yang memperburuk kasus kebakaran hutan. Di antaranya:
1. Cuaca Cerah
Semua petugas pemadam kebakaran bisa memberi tahu Anda resep untuk menjadi "cuaca api yang kondusif", yaitu panas, kering, dan berangin.
Hal inilah yang membuat jumlah kasus kebakaran di daerah tropis dan subtropis melonjak. Apalagi melihat suhu tinggi dan kekeringan yang berkepanjangan.
"Selain membawa lebih banyak udara kering dan panas, perubahan iklim juga menciptakan lebih banyak ekosistem yang mudah terbakar," kata Christopher Williams, direktur ilmu lingkungan di Clark University di Massachusetts.
Baca juga: Kebakaran Hutan saat Asian Games 2018 Perlu Diantisipasi
2. Banyak Bahan Bakar
Cuaca kering juga berarti makin banyak bahan yang mudah terbakar. Itu karena lebih banyak pohon, semak, dan rumput yang mati dan mengering.
"Semua tahun-tahun yang sangat kering menciptakan sejumlah besar biomassa kering," kata Michel Vennetier dari Penelitian Nasional Sains dan Teknologi Prancis untuk Lingkungan dan Pertanian (IRSTEA).