Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Perubahan Otak dan Tubuh Saat Jatuh Cinta, Menurut Sains

Kompas.com - 14/07/2018, 20:31 WIB
Bhakti Satrio Wicaksono,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com –Pernahkah Anda melihat atau merasakan sendiri yang namanya jatuh cinta? Selain bahagia, orang yang sedang jatuh cinta juga akan merasakan jantungnya berdebar lebih cepat, tangan berkeringat, dan suasana hati sangat bagus.

Jatuh cinta memang bukan hanya perkara perasaan atau ketertarikan antar insan. Jatuh cinta pada dasarnya dapat mengubah segala sesuatu di dalam tubuh menjadi lebih baik.

Saat jatuh cinta, neurokimia seperti dopamin dan oksitosin membanjiri area otak yang terkait erat dengan kebahagiaan dan penghargaan. Hal ini kemudian memberi respons positif secara fisik dan psikologis.

Misalnya saja, dengan memeluk dan bersama orang yang dicintai ampuh mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang. Berkat melimpahnya oksitosin dan dopamin di dalam otak, suasana hati kita juga membaik.

Kami telah merangkum tujuh perubahan dalam otak dan tubuh seseorang saat sedang jatuh cinta, seperti dilansir Science Alert, Kamis (12/7/2018).

Baca juga: 10 Tanda Anda Benar-benar Jatuh Cinta

1. Menurunkan Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi berbahaya yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal.

Pengobatan dan perubahan gaya hidup seperti berolahraga dan makan sehat dapat mengendalikan atau mengurangi hipertensi. Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa jatuh cinta dapat menjadi cara alami untuk mengurangi tingkat tekanan darah.  

Pada 2007, Departemen Layanan Kesehatan AS menerbitkan laporan yang membuktikan adanya hubungan antara pernikahan, umur panjang, dan kesehatan fisik.

Studi ini mengemukakan bahwa pasangan yang melakuka pernikahan memiliki tekanan darah yang lebih rendah dan risiko penyakit kardiovaskular berkurang.  

Selain itu, American College of Cardiology juga pernah menerbitkan makalah tentang risiko penyakit kardiovaskular terhadap 3,5 juta peserta yang masih lajang, bercerai, atau janda.

Mereka menemukan, pasangan yang menikah di bawah usia 50 tahun cenderung memiliki risiko 12 persen lebih rendah terserang vaskular. Sedangkan pasangan yang masih terikat dalam pernikahan sampai umur 51 hingga 60 tahun memiliki risiko 7 persen lebih rendah untuk terserang penyakit serupa daripada orang lain yang belum menikah.

2. Stres berkurang

Saat jatuh cinta dan belum mendapat kepastian, fenomena ini dapat memicu stres. Dalam penelitian kecil yang terbit di NCBI edisi 2004, tahap awal jatuh cinta meningkatkan kadar kortisol, hormon yang terkait stres.

Namun, studi tersebut mendapati kadar kortisol sudah kembali ke normal saat peserta diuji lagi pada satu sampai dua tahun kemudian.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau