Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, WHO Tetapkan Kecanduan Seks Sebagai Gangguan Mental

Kompas.com - 10/07/2018, 13:31 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Perilaku seks kompulsif atau yang dikenal sebagai kecanduan seks baru-baru ini diklasifikasikan sebagai penyakit mental untuk pertama kalinya.

Hal ini dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hanya selang beberapa minggu setelah memasukkan secara resmi kecanduan game dalam daftar International Classification Organization of Diseases.

Tidak Bisa Mengendalikan

Menurut WHO, seseorang mengalami kecanduan seks jika menunjukkan pola ketidakmampuan dalam mengendalikan dorongan seksual yang intens dan berulang-ulang atau dorongan tersebut menghasilkan perilaku seksual berulang.

Orang dengan kondisi ini biasanya mengabaikan kesehatan dan tanggung jawab pribadi mereka. Sedangkan fokus utama mereka adalah seks.

Diagnosis 6 Bulan

Meski punya perilaku di atas, seseorang baru bisa disebut punya kecanduan seks jika hal tersebut terjadi setidaknya selama enam bulan.

Artinya, perilaku tersebut harus jelas terlihat selama enam bulan atau lebih serta menyebabkan kesulitan dalam kehidupan pribadi seseorang.

Langkah yang dilakukan WHO ini tidak beriringan dengan pendapat American Psychological Associaton. Lembaga psikologi ini tidak menganggap kecanduan seks sebagai sebuah gangguan mental.

Baca juga: Catatan Rahasia Anne Frank Terungkap, Isinya Berbau Seks

Sering Disembunyikan

Meski begitu, apa yang dilakukan oleh WHO disambut baik oleh beberapa kalangan. Salah satunya Dr Valerie Voon, seorang anggota Royal College of Psychiatrists, organisasi psikiater utama di Inggris.

Dr Voon menyebut, antara dua hingga empat persen orang di Inggris kemungkinan mengalami kecanduan seks.

"Ini adalah perilaku yang cenderung disembunyikan karena merupakan sesuatu yang memalukan dan sering kali pecandu seks tidak maju (dalam pengobatan)," ungkap Voon dikutip dari The Sun, Senin (09/07/2018).

"Menambahkan ini ke daftar WHO merupakan langkah yang sangat baik untuk pasien karena memungkinkan mereka untuk mengenali bahwa mereka menderita masalah - itu membawanya keluar dari bayang-bayang dan mereka dapat mencari bantuan untuk itu," sambungnya.

Bisa Diobati

Halaman:
Baca tentang


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau