Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom: Butuh 200 Juta Tahun Cahaya untuk Mengelilingi Bima Sakti

Kompas.com - 10/07/2018, 17:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber SPACE.COM

KOMPAS.com - Ukuran lingkaran cakram yang mengelilingi galaksi kita, Bima Sakti, ternyata lebih besar daripada yang pernah diperkirakan sebelumnya.

Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian para astronom di Institut Astrofisika di Kepulauan Canary beberapa waktu lalu terhadap jumlah kandungan logam berat di sebuah pecahan bintang. 

Menurut para peneliti, kandungan logamnya melonjak tajam dan pecahan tersebut biasanya berasal dari bintang-bintang yang berasal dari cakram di sekitar Bima Sakti.

"Kami melihat ada pecahan yang cukup besar dari bintang-bintang dengan kandungan logam yang lebih tinggi dan ini karakteristik dari bintang-bintang di cakram galaksi, yang melebihi ambang batas dari jari-jari cakram galaksi," kata Carlos Allende, peneliti dari Institut Astrofisika di Kepulauan Canary (IAC) dikutip dari Space.com, Senin (02/07/2018).

Berdasar penelitian tersebut, para astronom memprediksi waktu tempuh untuk mengitari Bima Sakti akan memakan waktu 200 ribu tahun cahaya.

Artinya ini mematahkan prediksi para ahli sebelumnya yang menyebut waktu tempuh mengelilingi Bima Sakti hanya sekitar 100 sampai160 tahun cahaya.

Baca Juga: Einstein Terbukti Benar, Teori Relativitas Umum Bekerja di Galaksi Lain

Para astronom juga menjelaskan, satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun, yaitu sekitar 10 triliun kilometer.

Menurut ahli, pemahaman tersebut akan memudahkan untuk membayangkan bahwa ukuran cakram yang terbaru itu adalah tiga kali lebih jauh daripada jarak antara pusat galaksi dengan Matahari kita.

Angka ini diperoleh para peneliti dengan mengenalisis data survei dari Apache Point Observatory Galactic Evolution Experiment (APOGEE) dan Large Sky Area Multi-Object Fiber Spectroscopic Telescope (LAMOST), yang mengumpulkan spektrum bintang.

Spektrum bintang adalah penguraian cahaya ke warna yang berbeda-beda.

Dengan menganalisis pola warna tersebut, para ilmuwan dapat mengugkap apa saja elemen yang terdapat di dalam bintang.

Penelitian yang dipimpin oleh Martin Lopez-Corredoira, seorang ahli dari IAC, ini telah terbit di jurnal Astronomy & Astrophysics. Penemuan baru itu merivisi parameter sebuah galaksi.

Sebagai informasi, ini bukanlah pertama kalinya terjadi revisi parameter sebuah galaksi.

Sebelumnya, sebuah penelitian mengungkap galaksi Andromeda memiliki massa yang hampir sama dengan Bima Sakti.

Temuan ini kemudian mempengaruhi prediksi dari gerakan dua galaksi tersebut yang diperkirakan akan bertubrukan sekitar 4 miliar tahun yang akan datang.

Baca Juga: "Tarian" Asteroid di Antara Ratusan Galaksi Terekam Teleskop Hubble

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau