Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Ilmuwan Internasional Sebut Gurita Mungkin adalah Alien

Kompas.com - 18/05/2018, 20:33 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Teori konspirasi tentang invasi alien ke bumi biasanya hanya muncul di internet. Tapi bagaimana jika hal itu muncul dalam sebuah jurnal ilmiah?

Inilah yang dilakukan oleh 33 ilmuwan yang tergabung dalam tim internasional.

Mereka merilis laporan dalam jurnal Progress in Biophysics and Molecular Biology dan berteori tentang keberadaan spesies alien yang hidup bersama manusia.

Dalam laporan tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa cephalopoda (cumi-cumi, gurita, dan sotong) mungkin berasal dari suatu tempat selain Bumi.

"Bukti peran virus luar angkasa dalam memengaruhi evolusi terestrial baru-baru ini secara tersiray terkandung dalam gen sekuensi transkriptom Cephalopoda," tulis para peneliti dikutip dari BGR, Kamis (17/05/2018).

"Genom gurita menunjukkan tingkat kerumitan yang mengejutkan dengan 33.000 kode protein gen lebih banyak dibanding manusia saat ini," sambungnya.

Para ilmuwan ini menentang keyakinan bahwa kelompok cephalopoda modern berevolusi di Bumi.

Mereka mengusulkan kemungkinan bahwa kelompok hewan tersebut adalah keturunan makhluk yang tiba di Bumi "menumpang" komet yang membeku.

"Otak besar dan sistem saraf canggih, mata seperti kamera, tubuh fleksibel, serta kamuflase seketika melalui kemampuan untuk mengubah warna dan bentuk hanya beberapa fitur yang muncul tiba-tiba dalam adegan evolusi," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Petunjuk tentang Alien yang Tersembunyi dalam Surat-surat Al Quran

Mereka menolak berbagai fitur gurita tersebut sebagai evolusi yang terjadi pada makhluk bumi.

Mereka menunjukkan kemungkinan bahwa kompleksitas tersebut terjadi karena telur gurita menabrak samudra ketika komet jatuh jutaan tahun lalu.

"Jadi kemungkinan bahwa cumi-cumi cryopreserved dan / atau telur gurita, tiba di es bolides beberapa ratus juta tahun yang lalu tidak boleh didiskon," tulis mereka dikutip dari Science Alert, Rabu (16/05/2018).

Pendapat para ilmuwan ini tentu langsung mendapat banyak tanggapan dari banyak pihak. Salah satunya Denis Noble, seorang editor jurnal.

Noble menyebut bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan teori tersebut.

Meski tak percaya tentang teori itu, Noble menyebut ada ruang untuk diskusi terkait hal ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com