Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena "Sexting" pada Remaja, Bagaimana Orangtua Mengatasinya?

Kompas.com - 01/03/2018, 17:34 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com -Sebuah tinjauan dari sejumlah studi yang dilakukan antara tahun 1990 hingga 2016 mengungkap fenomena mengejutkan soal pesan berbau seksual (sexting) pada kalangan remaja.

Istilah "sexting" pertama kali muncul tahun 2009 dalam studi Pew Research Center. Sexting sendiri didefinisikan sebagai perilaku mengirimkan konten seksual, baik teks, gambar, maupun lewat piranti elektronik.

Tinjauan terbaru menurut penelitian pada 110.000 remaja berusia 12-17 tahun dari seluruh belahan dunia ini menunjukkan bahwa 1 dari 7 remaja pernah mengirim sexting sementara 1 dari 4 pernah menerimanya.

Tinjauan yang disusun berdasarkan 39 publikasi ilmiah ini bermaksud memberi gambaran yang jelas pada orangtua betapa umumnya sexting. Riset sebelumnya menunjukkan varias statistik yang lebar, mulai dari 3 persen hinga 65 persen.

Sheri Madigan, peneliti dari Universitas Calgary menerangkan, hasil riset ini seharusnya jadi perhatian orang tua. Mereka perlu merumuskan strategi untuk menangani perilaku anak remajanya.

Baca Juga: Ternyata, Bermain "Smartphone" Bikin Remaja Tak Bahagia

Kepada Chicago Tribune, Senin (26/2/2017), Madigan menuturkan sejumlah tips untuk mengatasinya. "Orangtua harus proaktif. Perlu bicara tentang digital, perilaku online, seksualitas, dan tekanan kelompok sebelum mereka memiliki smartphone," katanya.

Mardiganmengakui, pembicaraan tentang seksualitas dan dunia digital jadi tantangan. Namun menurutnya, ada sejumlah situs web yang bisa dijadikan referensi. Salah satu yang dia rekomendasikan CommonSenseMedia.org.

Jangan panik dan terlalu cepat menghakimi Anak anda memiliki periaku menyimpang saat mengetahui ada konten porno di gawai mereka. Anggap mereka sedang tertarik untuk belajar tentang seksualitas dan seks.

Tidak ada salahnya untuk mengetahui lebih jauh tentang teman anak Anda yang mengirim konten porno tersebut. Apakah menggoda dan mengajak berhubungan lebih jauh?

"Apakah hubungan pertemanannya menjurus ke hubungan seks atau sekedar menjalin pertemanan biasa? Otak pada anak usia remaja belum sepenuhnya berkembang, jadi mereka belum selalu mengerti tentang sebab dan akibat. Jelaskan resiko dan konsekuensi dari berhubungan seks," kata Madigan.

Ciptakanlah diskusi yang sehat dan terbuka dengan anak Anda, karena sebuah studi menunjukkan "sexting" melalui internet terkait dengan perilaku seksual di dunia nyata. Riset Madigan dipublikasikan di

Baca Juga: Idealnya, Remaja Bermain Gawai Hanya Satu Jam Sehari

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com