Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prasasti Kuno Ditemukan di Terowongan ISIS, Bawah Makam Nabi Yunus

Kompas.com - 19/02/2018, 19:05 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com -- Sejumlah prasasti kuno berusia 2.700 tahun berhasil ditemukan kembali oleh para ilmuwan di dalam empat terowongan yang dibangun oleh penjarah ISIS.

Terowongan tersebut berada di bawah makam Nabi Yunus yang telah dihancurkan ISIS selama menguasai Kota Nineveh, salah kota kuno di Irak, dari Juni 2014 hingga Januari 2017.

ISIS menggunakannya untuk mencari harta karun milik salah satu Raja Bangsa Asyura (kini Irak) yang bernama Esarhaddon.

Penemuan tujuh prasasti di empat terowongan kini telah dipublikasikan oleh Al-Juboori Ali Y, Direktur dari Pusat Studi di Universitas Mosul, dalam jurnal Iraq.

Baca Juga: Hilang 2.000 Tahun, Kota Alexander Agung Ditemukan di Irak

Dikutip dari Livescience, Minggu (18/2/2018), Al-Juboori menulis bahwa salah satu prasasti yang telah diterjemahkan berbunyi, "Istana Esarhaddon, raja yang kuat, raja dunia, raja Asyur, gubernur Babel, raja Sumeria dan Akkad, raja dari segala raja-raja di Mesir bagian bawah, Mesir bagian atas dan Kush kerajaan kuno yang terletak di sebelah selatan Mesir di Nubia".

Salah satu prasasti yang ditemukan di bawah makam Nabi YunusStevan Beverly Salah satu prasasti yang ditemukan di bawah makam Nabi Yunus

Hal ini dikonfirmasikan oleh penemuan lain di salah satu situs arkeologi yang menyebut bahwa Esarhaddon pernah mengalahkan penguasa Kush dan memilih penguasa baru untuk memerintah Mesir.

Sementara itu, prasasti lain yang ditemukan di bawah makam Yunus menjelaskan bahwa Esarhaddon telah "merekonstruksi kuil dewa Aššur, salah satu dewa utama Bangsa Asyur" dan membangun kembali kota-kota kuno Babilonia dan Esagil, serta "memperbaharui patung-patung dewa-dewa besar".

Prasasti ini juga menceritakan bahwa Esarhaddon merupakan anak dari Sanherib yang memerintah pada tahun 704-681 SM dan merupakan keturunan dari Sargon II atau lebih dikenal sebagai Raja Asyur di masa 721-705 SM.

Baca Juga: Berusia 3.200 Tahun, Prasasti Kuno Mengungkap Misteri Manusia Laut

Prasasti lain

Selain tujuh prasasti yang ditemukan di bawah Makam Nabi Yunus, Al-Juboori juga menerjemahkan empat prasasti lainnya yang ditemukan di Nineveh, tepatnya di dekat Gerbang Nergal (dewa perang Bangsa Asyur).

Prasasti tersebut ditemukan tahun 1987 dan 1992 oleh tim arkeologi dari Inspektorat Benda-Benda Antik Irak. Konflik perang membuat penemuan tersebut tidak bisa segera dipublikasikan peneliti.

Keempat prasasti tersebut berasal dari masa pemerintahan Raja Sanherib, dan setelah diterjemahkan, isinya menyebutkan bahwa raja Sanherib "memiliki dinding bagian dalam dan dinding luar Nineveh yang dibangun kembali dan diangkat setinggi gunung."

Baca Juga: Arkeolog Temukan 60.000 Struktur Maya Kuno di Hutan Guatemala

Sebelumnya yakni sekitar tahun 1987-1992, para arkeolog juga menemukan beberapa prasasti di dekat Makam Nabi Yunus. Salah satunya ditulis di gerabah berbentuk prisma.

Prasasti itu membahas banyak penaklukan militer Esarhaddon, termasuk Cilicia atau sekarang negara Turki, yang terletak di pantai sisi selatan. Tertulis di gerabah tersebut, Esarhaddon "orang yang menginjak leher orang-orang di Kilikia".

Selain itu, kejayaan Esarhaddon juga tercatat dalam prasasti sebagai berikut: "Aku mengepung, menaklukkan, menjarah, menghancurkan, dan membakar dengan api dua puluh satu kota mereka bersama dengan kota-kota kecil di lingkungan mereka..."

Cerita penaklukan Esarhaddon terhadap Sidon yang saat ini menjadi Lebanon dijelaskan dengan kisah tentara Esarhaddon merubuhkan tembok kota dan melemparkannya ke Laut Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau