Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berusia 3.200 Tahun, Prasasti Kuno Mengungkap Misteri Manusia Laut

Kompas.com - 16/10/2017, 20:57 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com -- Sebuah prasasti kuno berumur sekitar 3.200 tahun yang menceritakan tentang Manusia Laut berhasil diterjemahkan oleh para arkeolog.

Prasasti Manusia Laut, yang sering dikaitkan dengan sepak terjang para prajurit Troya, ditulis disebuah batu setinggi kurang lebih 29 meter. Penemuan tersebut diumumkan oleh arkeolog pada hari Sabtu (7/10/2017).

Prasasti tersebut ditulis dengan bahasa kuno, Luwian, yang kini mungkin hanya bisa dibaca oleh 20 ahli bahasa, termasuk Freud Woudhuizen yang turut menerjamahkan prasasti Mira.

Woudhuizen dan rekannya, Eberhard Zangger, berencana mempublikasikan penemuan dari prasasti tersebut pada bulan Desember, di saat peluncuran jurnal berjudul Proceeding of The Dutch Archeological and Historical Society.

Apabila prasasti tersebut otentik, maka hal tersebut akan mengakhiri perdebatan antara arkeolog tentang misteri Manusia Laut yang meluluhlantakan kota-kota di kawasan Timur Tengah. Tampaknya para ahli meyakini bahwa Kerajaan Mira merupakan salah satu dari pasukan Manusia Laut tersebut.

Dokumen dari prasasti Luwian yang diterjemahkan oleh tim peneliti.James Mellaart Dokumen dari prasasti Luwian yang diterjemahkan oleh tim peneliti.

Perang Troya

Tertulis di prasasti tersebut, Raja Kupantakuruntas menjadi penguasa di Kerajaan Mira. Lokasi Kerajaan Mira pada masa sekarang adalah di sekitar wilayah Turki bagian barat.

Menurut prasasti tersebut, Kerajaan Mira menguasai Troya dan para prajuritnya. Lalu, muncul penjelasan tentang salah satu pangeran dari Troya bernama Muksus. Muksus adalah seorang pangeran yang berhasil menaklukan Ashkelon yang pada saat ini terletak di Israel dan membangun benteng.

Di prasasti tersebut juga dijelaskan secara detail bagaimana perjalanan Raja Kupantakuruntas hingga bisa menduduki tahta kerajaan Mira.

Ayahnya, Raja Mashuittas, mengambil alih Kerajaan Troya dari tangan Raja Troya bernama Walmus. Namun, Raja Mashuittas ternyata memilih untuk 'mengembalikan' mahkota Walmus untuk ditukar dengan 'kesetiaan' terhadap Kerajaan Mira.

Kupantakurantas naik tahta setelah ayahnya, Raja Mashuittas, meninggal dunia. Namun, Raja baru kerajaan Mira tersebut pun memilih untuk menguasai Troya.

Hal tersebut dijelaskan dalam prasasti bahwa Kupantakurantas menggambarkan dirinya sebagai: "penjaga Troya yang meminta raja masa depan negeri Troya untuk melindungi Wilusa (sebutan kuno untuk Troya).

Tiruan dari sebuah duplikat

Prasasti asli sebenarnya sudah dihancurkan pada abad 19, tetapi rekaman prasasti termasuk kopiannya bisa ditemukan di kediaman James Mellaart, seorang arkeolog terkenal yang sudah menemukan sejumlah situs kuno semasa hidupnya.

Dari catatan Melaart, diketahui bahwa prasasti tersebut telah ditiru pada tahun 1878 oleh seorang arkeolog bernama Goerges Perrot di Turki. Setelah itu, masyarakat desa menggunakan batu prasasti tersebut untuk membangun sebuah masjid.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau