KOMPAS.com — Beberapa hari belakangan, viral sebuah broadcast massage tentang penyakit myocarditis yang muncul setelah melakukan vaksinasi difteri. Dalam pesan singkat tersebut juga dijelaskan bahwa penyakit itu muncul karena vaksinasi yang dilakukan saat kondisi tubuh tidak fit alias kurang sehat.
Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, benarkah vaksin difteri dapat menimbulkan masalah tersebut?
Dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat, dr Ika Prasetya, SpPD, K-KKV, Senin (15/01/2018), mengatakan, jika seseorang terinfeksi (penyakit) difteri, kuman dari difteri tersebutlah yang menyebabkan myocarditis.
"Vaksin difteri malah menjadi penghalang masuknya kuman difteri sehingga mampu mencegah terjadinya myocarditis," ungkap dokter spesialis jantung tersebut.
Baca juga: Fokus Tangani KLB, Bio Farma Tunda Ekspor Vaksin Difteri
Lebih lanjut, Ika menjelaskan, myocarditis adalah peradangan atau inflamasi pada otot jantung (myocard). Myocarditis dapat diketahui dari hasil pemeriksaan klinis atau kelainan jaringan otot secara mikroskopi.
"Saat ini dapat pula ditetapkan kejadian myocarditis lewat Magnetic Resonance Imaging (MRI)," lanjutnya.
Sementara vaksinasi difteri yang dilakukan saat kurang sehat, Dr dr Iris Rengganis, SpPD-KAI menekankan, vaksinasi harus dilakukan saat seseorang dalam kondisi sehat.
"Prinsip vaksinasi, tidak cuma difteri, tentu keadaan seseorang harus fit. Artinya, tidak boleh demam, kondisi tubuh harus baik baru boleh vaksin," kata Iris melalui sambungan telepon kepada Kompas.com, Senin (15/01/2018).
"Itu sudah ketentuan umum," ujar dokter spesialis penyakit dalam itu.
Iris juga menyebut bahwa saat seseorang demam, ia dilarang untuk melakukan vaksinasi.
"Karena ditakutkan kalau dilakukan saat demam, ternyata ada efek samping setelah vaksinasi, kita tidak tahu apakah itu efek samping dari demam atau vaksinasi," ujar Iris.
Untuk efek samping vaksin difteri, Iris mengatakan, secara teori efek sampingnya hanya berupa rasa nyeri, pembengkakan, dan kemerahan pada daerah suntikan (lokal). Selain itu, ada reaksi sitemik (reaksi seluruh tubuh) berupa demam.
Baca juga: Cegah Difteri, Perlukah Pakai Masker dan Imunisasi Bayi Baru Lahir?
"Demam ini biasanya cepat hilang," ungkap Iris.
"Jika demamnya antara 37-38 derajat celsius, biasanya diberi paracetamol. Jika demamnya lebih tinggi atau berkepanjangan, harus ke dokter karena ada (penyakit) yang lain. Sebab, demam akibat vaksinasi biasanya tidak lama," imbuhnya.
Iris juga menjelaskan bahwa sebelum vaksinasi, pasti dokter biasanya memberikan edukasi kepada pasien terkait efek samping. Secara teori tidak ada efek samping lain dari vaksinasi selain empat yang sudah disebutkan.
"Jika ada efek samping lain, kita patut curiga apakah kebetulan bersamaan kejadiannya atau memang kemungkinan bisa terjadi," katanya.
Namun, untuk kasus myocarditis akibat vaksinasi difteri, Iris menyebut hal tersebut masih belum jelas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.