Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-Hati, Penyakit ini Gejalanya Mirip Difteri, Ketahui Bedanya

Kompas.com - 13/12/2017, 17:00 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com -- Salah satu gejala khas dari difteri adalah munculnya selaput putih keabuan di pangkal tenggorokan.

Selaput ini merupakan kumpulan sel-sel mati yang membentuk membran. Penyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan racun dan membunuh sel-sel sehat dalam tenggorokan sehingga akhirnya menjadi sel mati.

Namun, tahukah Anda bahwa selain difteri, ada juga penyakit yang menimbulkan selaput di pangkal tenggorokan? Penyakit ini adalah tonsilitis atau radang amandel yang sering terjadi pada anak-anak.

Baca juga : Jangan Salah Mengira, Waspadai Gejala-gejala Khas Difteri Ini

Dokter spesialis anak, Marlyn Cecilia Malonda di Rumah Sakit Mayapada, Tangerang, Banten, menjelaskan kepada Kompas.com melalui pesan teks pada Selasa (12/12/2017) perbedaan antara tonsilitis dan difteri. 

Dia berkata bahwa pasien tonsilitis tidak menunjukkan gejala sakit berat. Anak akan mengeluh sakit tenggorokan, sulit menelan, dan terkadang demam sekitar 39 derajat celsius.

"Munculnya cepat dan akut," kata Marlyn.

Selain itu, jika pada difteri selaputnya tebal dan menutupi pangkal tenggorokan sehingga mengakibatkan susah bernapas, maka bercak-bercak atau selaput putih (beslag) akibat tonsilitis hanya terjadi pada amandel saja.

"Jika terjadi tonsilitis yang berat atau parah, memang susah membedakannya dengan difteri. Karena bisa juga terdapat erosi yang dilapisi membran abu dan coklat (jika tonsilitis parah)," jelas Marlyn.

Tonsilitis memang lebih umum terjadi pada anak-anak dan ancamannya tidak separah difteri. Meski begitu, pengobatan radang amandel ini harus tetap dilakukan.

Baca juga : Bagaimana Cara agar Tidak Ketularan jika Orang Terdekat Kena Difteri?

"Tentu saja untuk pengobatan tonsilitis folikularis ringan sampai berat kita (dokter) harus sembuhkan sampai tuntas dan selaput putihnya menghilang," jelasnya.

"Untuk membedakan difteri atau bukan, selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, harus ada pemeriksaan laboratorium seperti sampel swab tenggorokan dengan pewarnaan neisser pada pasien yang dicurigai difteri tonsil," imbuhnya.

Pada pasien tonsilitis ringan, perawatannya tidak seperti difteri yang harus dirawat di ruang isolasi. Namun, ada pengecualian jika tonsilitis yang dialami anak sudah parah.

"Bila tonsilitis berat, beslagnya (selaput putih) agak susah dibedakan dengan difteri. Untuk kasus seperti ini, maka pasien wajib diisolasi sampai terbukti bukan difteri," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau